Berbicara tentang dunia kemahasiswaan, ceritanya seolah tidak pernah ada habisnya. Seluk-beluk dunia mahasiswa selalu memiliki cerita yang unik dan menarik. Mulai dari dunia yang diimpikan oleh para lulusan SMA, biarkan dunia mengalami proses mengepakkan sayap impian setinggi-tingginya, merasakan pahitnya kehidupan setelah lulus kuliah, dan biarkan dunia belajar ikhlas dalam segala hal.
Satu hal yang pasti, dari Sabang hingga Merauke, kata kunci dalam mendekorasi siswa adalah manajemen waktu. Berbagai persyaratan selalu mengiringi langkah setiap siswa. Dari kebutuhan akademisi yang baik, kebutuhan masyarakat sebagai salah satu agen perubahan, hingga kebutuhan dunia organisasi universitas. Bahkan, siswa idiot pun membutuhkan manajemen waktu untuk membuat kebingungan mereka lebih terorganisir.
Manejemen waktu dapat menentukan keberhasilan siswa
Di berbagai momen ketika berbicara di depan teman sekelas baru dan lama, penulis selalu menerima template pertanyaan tentang bagaimana mengatur waktu. Tidak bisa dipungkiri bahwa manajemen waktu merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa. Tentu saja, ketika kita membandingkan dua siswa yang memiliki waktu 24 jam, itu menjadi cerita klasik. Namun, pencapaian keduanya berbeda jauh.
Satu orang memiliki kebiasaan memamerkan nama kampus di kompetisi, sementara siswa lainnya masih sibuk rebutan nilai IPK yang tak kunjung naik. Tentu masih banyak faktor lain yang bisa menjadi faktor penentu. Misalnya, gigih dalam mengasah faktor passion atau minat. Namun perlu ditegaskan bahwa mahasiswa mutlak membutuhkan manajemen waktu untuk bertahan hidup di kampus.
Apa yang dimaksud denngan manajemen waktu
Manajemen waktu adalah bagian dari manajemen diri. Tentu saja, kita perlu mencari tahu mengapa siswa harus mengadopsi strategi manajemen diri. Ada yang bilang ini untuk mempermudah, ada yang bilang terorganisir, dan sebagainya. Tidak ada yang salah dengan pandangan ini.
Namun alasan mendasar dari pengendalian diri siswa adalah keterbatasan waktu. Banyak persyaratan, ambisi yang berbeda, dan impian besar yang tidak sepadan. Barack Obama, Sukarno dan para pemimpin besar lainnya punya waktu 24 jam sehari. Namun, perbedaannya terletak pada cara setiap orang mengatur jumlah detik yang harus mereka konversi.
Manfaat dari melakukan manajemen waktu dengan baik
Nasihat tentang manajemen waktu yang cenderung diberikan oleh orang-orang hebat di kampus sebagian besar ada dua. Artinya, kembangkan daftar tugas dan tentukan prioritas. Strateginya menurut saya perlu dimutakhirkan, apalagi mahasiswa sekarang sedang menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0. Di era perubahan ini, jika kita tidak bisa mengendalikan diri, besar kemunhgkinan kita akan tumbang bergeser dari persaingan nasional ke persaingan global.
Beberapa psikolog sudah mulai mengenalkan manajemen energi untuk menyeimbangkan manajemen waktu guna menjaga produktivitas kerja siswa.
Logikanya, jika siswa terlalu lelah, ia tidak akan dapat membuat daftar kegiatan yang dijadwalkan. Jadi istirahat memiliki peran mendasar dalam manajemen energi. Akhirnya, manajemen diri adalah ilmu praktis, bukan hanya teori. Kami tahu teorinya, tetapi kami tidak pernah mempraktikkannya. Yang akan kita dapatkan bukanlah perubahan, melainkan kemunduran.