Dunia ini terdapat berbagai jenis zat kimia yang tersebar luas di alam. Sebagai contoh, minyak pada tumbuh-tumbuhan atau bunga yang memilki aroma yang khas. manusia dapat mengambil minyak dari tumbuhan untuk diolah menjadi pewangi. Dalam proses pengambilan senyawa tertentu ini terdapat metode pemisahan.
Proses pemisahan merupakan proses pengambilan suatu komponen tertentu dari suatu campuran atau senyawa. Sebagai contoh, kasus memisahkan minyak atsiri dari air. Pemisahan bertujuan untuk mendapatkan kandungan minyak yang lebih tinggi dan pekat.
Dalam proses pemisahan, terdapat dua metode umum yaitu metode distilasi (penyulingan) dan metode ekstraksi. Lantas, apa sebenarnya perbedaan dari keduanya?
Proses Distilasi
Secara sederhana, distilasi merupakan proses pemisahan dua komponen dalam satu senyawa yang memiliki perbedaan titik didih cukup tinggi. Contoh proses penyulingan yang paling sering dijumpai adalah pada pembuatan alkohol.
Alkohol memiliki titik didih 60-70°C. Lebih rendah daripada titik didih air. Perbedaan titik didih dimanfaatkan sebagai driving force untuk memisahkan alkohol dengan air.
Biasanya, campuran air dengan alkohol akan dipanaskan pada kisaran suhu 70°C sampai menguap. Dengan demikian, air dan alkohol akan terpisah dan mendapatkan konsentrasi alkohol yang lebih tinggi.
Lantas, bagaimana jika dua komponen tersebut memiliki perbedaan titik didih yang tidak signifikan? Di sinilah proses ekstraksi akan berlaku.
Proses Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan senyawa yang didasarkan pada perbedaan kelarutan. Dalam skala industri, proses ini memang biasanya dilakukan setelah proses penyulingan (distilasi). Tidak semua komponen di alam bisa dipisahkan dengan distilasi. Penyebabnya adalah perbedaan titik didih.
Proses ekstraksi memburuhkan komponen tambahan berupa pelarut (solvent) untuk melarutkan senyawa yang akan dipisahkan. Pelarut ini bisa berupa air, pelarut organik, atau padatan (leaching). Pemilihan pelarut ini harus dipertimbangkan dengan baik dan disesuaikan dengan kebutuhan. Artinya, pelarut hanya dapat melarutkan salah satu komponen.
Contoh kasus ekstraksi adalah proses pengambilan minyak atsiri (essential oil) dari tumbuh-tumbuhan. Pelarut yang baisa digunakan dalam proses ini adalah aseton. Dalam prosesnya, aseton akan diumpankan ke dalam campuran air-minyak, sehingga aseton dapat melarutkan minyak dlam campuran tersebut. Dengan kondisi operasi suhu yang sesuai, minyak akan terpisah dari air.
Nah, sekarang kita sudah paham, bahwa ternyata ekstraksi tidak sama dengan distilasi. Keduanya memiliki kelebihan, kekurangan, dan aplikasinya masing-masing.