Life Cycle Assessment (LCA) adalah alat untuk mengevaluasi dampak lingkungan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). LCA mengevaluasi dampak lingkungan dari awal sampai akhir siklus hidup suatu produk atau sistem.
Beberapa poin penting dalam LCA untuk PLTS meliputi:
1. Pembangunan
Life Cycle Assessment (LCA) melakukan evaluasi mendalam terhadap proses produksi bahan baku utama seperti silikon, bingkai logam, inverter, dan komponen lainnya.
LCA menghitung total konsumsi energi yang dibutuhkan untuk memproduksi setiap komponen PLTS. Ini mencakup energi untuk melakukan proses ekstraksi bahan baku, proses manufaktur, dan transportasi material dari lokasi produksi ke tempat pembangunan PLTS.
Kemudian, melakukan evaluasi LCA mencakup penggunaan bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan komponen PLTS. Perhitungan ini mempertimbangkan penggunaan bahan secara langsung maupun tidak langsung.
Berikutnya, LCA juga mengevaluasi emisi polutan yang dihasilkan selama proses produksi. Ini termasuk emisi gas rumah kaca, polutan udara, limbah padat, dan limbah cair dari bahan baku dan komponen PLTS.
2. Operasi
Pengoperasian Life Cycle Assessment (LCA) mengambil beberapa faktor penting seperti efisiensi energi, konsumsi energi, dan pemeliharaan.
LCA mengevaluasi efisiensi konversi energi yang meliputi kemampuan menangkap dan mengubah energi matahari menjadi listrik. Pertimbangan lainnya adalah pemakaian energi selama pengoperasian. Walau PLTS tidak menghasilkan emisi tetapi sistem manajemen dapat mempengaruhi dampak lingkungan.
Kegiatan evaluasi LCA mencakup dampak lingkungan dari pemeliharaan rutin. Hal ini meliputi pembersihan panel surya dengan bahan kimia.
Apabila komponen PLTS sudah harus diganti, LCA pun mempertimbangkan dampak dari proses penggantian. Proses pemasangan komponen, distribusi, sampai pembuangan komponen lama yang dapat didaur ulang.
3. Pembongkaran
Proses pembongkaran membutuhkan evaluasi untuk mengetahui dampak lingkungan yang akan terjadi. Ini adalah bagian dari tahapan Life Cycle Assessment (LCA).
Pemulihan material diperlukan untuk mengetahui kondisi material yang masih bisa digunakan kembali oleh PLTS. Kegiatan ini bertujuan untuk memaksimalkan komponen yang sudah ada agar tidak terbuang percuma.
Setelah pemulihan material, dapat pula dilakukan proses daur ulang. Daur ulang membantu mengurangi jumlah limbah dan mengurangi penggunaan bahan mentah baru.
Pertimbangan lain dari LCA adalah managemen limbah yang aman dan berkelanjutan. Cakupan ini melibatkan peraturan yang berlaku untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan.
4. Aspek Lingkungan
Life Cycle Assessment (LCA) berguna untuk melakukan perbandingan antara Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan sumber energi konvensional seperti pembangkit listrik tenaga batu bara.
LCA memungkinkan untuk menghitung total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan selama siklus hidup PLTS dan membandingkannya dengan pembangkit listrik konvensional. PLTS umumnya memiliki emisi gas rumah kaca yang lebih rendah karena tidak menghasilkan emisi langsung.
Evaluasi LCA juga mempertimbangkan luas lahan yang diperlukan untuk instalasi dan pengoperasian. PLTS biasanya membutuhkan lebih sedikit lahan.
LCA membandingkan konsumsi air yang dibutuhkan oleh PLTS selama siklus hidupnya. Pembangkit listrik berbahan bakar fosil sering memerlukan air untuk pendinginan sehingga berdampak terhadap jumlah pasokan air yang dibutuhkan.
Dengan menggunakan LCA, pengembang, produsen, dan pembuat kebijakan dapat membuat keputusan yang lebih informasi tentang implementasi PLTS yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.