Industri

Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Uap Masih Jadi Andalan?

Kebutuhan energi bertenagakan uap masih menjadi tonggak perekonomian hampir seluruh sektor industri indonesia. Lantas mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Uap masih menjadi andalan ? dari berbagai sumber ini menjadi alasannya.

Mengapa Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Uap Masih Jadi Andalan?

Sektor energi menjadi tonggak gerak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai bahan pertimbangan keberlanjutan usaha. Sektor ini menjadi tulang punggung setelah krisis moneter ketika perusahaan multinasional meninggalkan Indonesia.

Jika pemerintah menaikkan tarif dasar listrik dapat membebani perekonomian Indonesia. Mengapa pembangkit listrik bertenagakan uap masih menjadi andalan? n? 

1. Ongkos Produksi 

Dalam sebuah industri harus memperhatikan aspek keberlanjutan (sustainable). Dalam beberapa kajian, ongkos produksi untuk 1 Kilowatt per jam tergolong lebih rendah. Mengingat Indonesia masih menjadi produsen dan pengekspor batubara beberapa negara seperti Eropa, Jepang bahkan India. 

Cara pembangkitan seperti fotolistrik, diesel, bahkan Nuklir memiliki tantangan dalam ketersediaan bahan bakar. Sebagai contoh, diesel memiliki intensitas yang lama. Fotolistrik tertahan di biaya riset, serta masalah keamanan bagi nuklir. 

2. Penerapan Teknologi Baru 

Teknologi pembangkitan energi listrik lebih mudah dimengerti sebagian pemangku kebijakan hingga tenaga ahli. Biaya riset pengembangan tidak kecil yang terdiri dari kajian teknis, analisis dampak lingkungan, dan nilai ekonomi. 

Dan setiap penerapan teknologi baru mesti diselingi dengan pengenalan teknologi ke masyarakat umum. Hal ini akan menimbulkan sebuah kepercayaan bahwa teknologi layak dipakai oleh khalayak umum. Serta menjadi langkah awal dalam transfer teknologi.

Beberapa negara saat ini sedang memasuki transisi perubahan energi fossil ke energi terbaharukan. Setiap tahun, kebutuhan akan energi semakin tinggi akibat industrialisasi. Ditambah tingginya angka kelahiran menjadi tantangan yang tidak bisa dihindari.

Selain masa transisi ke energi terbaharukan, para stakeholder harus memperhatikan kebutuhan energi yang terus meningkat. Termasuk masalah efisiensi dan siret yang terbilang rendah untuk saat ini. 

3. Sosio-Teknologi di Indonesia. 

Indonesia menjadi produsen dan exportir berbagai belahan dunia. Banyak yang menggantungkan hidupnya pada sektor penambangan batubara. Hal ini menjadi pertimbangan dan acuan melepaskan diri ketergantungan batubara. Dengan teknologi sekarang ini komsumsi batubara bersifat stabil, tak terbatas periode atau kondisi tertentu seperti cuaca, alam dan lainnya.

Semua aspek ini sering ditemui di negera berkembang. Faktor penerapan, penyerapan, hingga ketimpangan sosial yang tinggi antar individu menjadi penyebabnya. Namun dengan kesadaran dalam penanggulangan dampak lingkungan kian meluas.

Hal ini menjadi titik balik dalam upaya pengurangan ketergantungan batubara secara bertahap. Terbukti dengan pertemuan mancanegara membahas isu-isu lingkungan serta pengurangan efek dampak lingkungan. 

Share:

0 Komentar