Batubara terkenal karena perannya dalam memasok listrik di seluruh wilayah Indonesia. Hampir semua listrik negara ini itu berasal dari batu bara.
Sebagian besar batubara dibakar di pembangkit listrik tenaga batu bara konvensional. Batu bara juga diubah menjadi gas untuk diolah menjadi listrik, hidrogen, dan produk lainnya.
Apa Itu Gasifikasi Batubara?
Dalam jurnal ilmiah, gasifikasi batubara adalah proses termokimia di mana panas dan tekanan gasifier memecah batubara menjadi unsur kimianya.
Gasifikasi umumnya terjadi dalam bejana suhu atau tekanan tinggi. Di mana udara dan uap bersentuhan langsung dengan batubara atau bahan umpan lainnya. Dari situ menyebabkan rangkaian reaksi kimia terjadi yang mengubah umpan menjadi syngas dan residu mineral.
Hasil produknya berupa gas karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2). Sifatnya tidak berwarna, tidak berbau, mudah terbakar. Gas hidrogen dapat dijadikan bahan bakar hanya menghasilkan uap air.
Hidrogen yang diekstraksi ini digunakan sebagai pendorong ekonomi. Saat ini perkembangannya sedang berlangsung. Para peneliti terus fokus meningkatkan teknologi gasifikasi batubara untuk mewujudkan potensial energi di masa depan.
Gas batubara dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar transportasi. Dan jauh lebih efisien daripada produksi pembakaran bensin berbasis minyak saat ini.
Karbon dioksida hasil gasifikasi batubara dapat ditangkap oleh syngas untuk mencegah emisi gas rumah kaca. Halini memungkinkan untuk pemanfaatan Enhanced Oil Recovery atau penyimpanan geologi.
Efisiensi gasifikasi batubara lebih tinggi
Gasifikasi batubara memiliki efisiensi yang lebih besar daripada pembakaran batubara konvensional. Secara efektif, dapat menggunakan gas dua kali. Gas batubara pertama-tama dibersihkan dari kotoran dan dibakar dalam turbin untuk menghasilkan listrik.
Panas buang dari turbin gas dapat digunakan untuk menghasilkan uap generator turbin. Ini disebut siklus gabungan. Riset mengatakan pembangkit listrik tenaga batu bara yang menggunakan proses ganda ini berpotensi mencapai efisiensi 50 persen. Lebih tinggi daripada pembangkit listrik tenaga batu bara konvensional dengan efisiensi 30 persen.
Penggiat energi bersih mengatakan bahwa syngas atau gasifikasi batubara dapat digunakan untuk membuat listrik. Teknologi fuel cell hemat energi, atau sebagai bahan bangunan kimia untuk keperluan industri.
Metode yang paling realistis tanpa membuang emisi karbon dioksida adalah Underground Coal Gasification (UCG). Proses yang sudah ada sejak abad ke-19 ini belum dikomersilkan skala besar. Saat ini, ada fasilitas di Uzbekistan dan proyek percontohan di Australia dan Afrika Selatan.
Prosesnya melibatkan pemompaan oksigen dan uap. Melewati lubang bor kecil ke dalam lapisan batubara untuk menghasilkan pembakaran yang terkendali.
Dengan pasokan batubara yang melimpah di Indonesia serta harga pasokan relatif rendah menjadikannya pilihan bahan baku utama untuk teknologi gasifikasi ke depan.