Upaya mengurangi kebutuhan energi fossil dengan siasat teknologi
Kelangkaan energi dan perubahan harga bahan bakar merupakan isu klasik yang tidak ada habisnya. Tingginya permintaan alat transportasi hingga menipisnya cadangan minyak bumi mulai membuat tahapan eksplorasi minyak bumi segera dilakukan.
Disamping itu, tingginya beban lingkungan yang disebabkan aktivitas manusia. Bukan hanya beban gas buang dari alat transportasi, limbah plastik masih jadi musuh bersama.
Plastik susah di urai karena atom-atomnya terikat lebih rumit. Inilah yang membuat organisme sulit melakukan penguraian. Akibatnya proses penguraian lebih lama bahkan ada beberapa plastik tidak bisa terurai karena ikatan atom terlalu rumit.
Apa siasat teknologi yang bisa saja menjadi solusi unik dalam mengurangi beban lingkungan.
Pengembangan diesel sintetik dari limbah (Bio-Diesel Plastik)
Diesel adalah salah satu produk bahan bakar yang banyak digunakan oleh negeri ini. Umumnya digunakan kendaraan pengangkut barang harian hingga industri.
Diesel merupakan produk turunan dari minyak bumi yang terdestilasi berdasarkan titik didihnya. Dan produk minyak bumi tidak hanya diesel saja tetapi ada yang lain seperti Nafta. Nafta adalah produk awal pembuatan plastik berbagai jenis plastik.
Kegunaan plastik sekali pakai menyebabkan limbah dengan jumlah luar biasa. Ada beberapa limbah yang dinilai sepele namun cukup serius jika dilepas ke sungai, danau. Diantaranya adalah bekas minyak goreng.
Dua limbah ini memiliki persamaan yaitu dapat menjadi bahan bakar kendaraan. Tentunya dengan treatment berbeda dan spesifi
1. Metode pirolisis untuk plastik
Limbah plastik dipotong kecil-kecil di tempat dalam satu media dengan minim oksigen. Kemudian dipanaskan dalam suhu tinggi. Hasil produk berupa minyak akan didestilasi berdasarkan titik didih minyak hingga menyerupai bahan bakar.
2. Senyawa kimia minyak goreng bekas
Minyak goreng bekas bisa digunakan sumber energi karena fatty acid methyl ester (FEMA).
FEMA adalah sumber energi alternatif selain diesel, mudah diuraikan dengan bantuan mikroorganisme lain dan tidak beracun.
3. Mixing hasil dua limbah, apakah memungkinkan?
Pencampuran kedua limbah bisa dilakukan mengingat karakteristik tidak jauh berbeda dengan produk turunan minyak bumi. Bio-Solar B30 merupakan hasil mixing bahan bakar solar 70% : 30 % Crude Palm Oil dan sudah dikomersilkan oleh Pertamina.
Tentunya membutuhkan biaya riset dalam pembangunan dua fasilitas. Tak lupa integrasi membentuk Diesel Berbasis Limbah Layak dalam segi ekonomi. Dengan dibangunnya fasilitas ini banyak memberikan efek ganda serta dapat baik ke perekonomian.