Didalam sebuah industri terutama industri oil and gas, petrochemical, industri kimia, maupun industri besar lainnya terdapat unit utilitas yang mencakup Water Treatment Plant (WTP Plant). Water Treatment Plant menjadi salah satu bagian penting dalam industrial karena berfungsi untuk menyuplai kebutuhan air untuk main process.
Salah satu proses pada Water Treatment dalam sebuah industri adalah reverse osmosis, yaitu sebuah proses yang berfungsi untuk memisahkan air dengan berbagai garam mineral berukuran sangat kecil melalui membran semipermeable. Proses reverse osmosis ini membutuhkan tekanan operasi yang sangat tinggi dan air yang berhasil melewati membran semipermeable hanya ± 50% dari kapasitas awal, sedangakan sisanya ± 50 kapasitas awal akan dibuang kembali ke laut.
Namun dalam proses ini, pembuangan air keluaran reverse osmosis (brine) tidak boleh sembarangan, karena dengan kadar garam (salinitas) yang lebih tinggi, brine dapat membunuh organisme laut dan merusak kehidupan laut. Secara umum, salinitas brine memiliki kadar 2 kali lebih besar di banding dengan kadar salinitas air laut, oleh karena itu, brine harus di dilusikan untuk menurunkan kadar salinitasnya ke level aman.
Karena densitas dari air keluaran reverse osmosis lebih tinggi dibandingkan densitas dari air laut, maka akan terbentuk negatively buoyant jet (daya apung yang menyebabkan objek tenggelam), hal inilah yang akan membahayakan kehidupan bawah laut. Sistem pembuangan brine ke laut ini sering di sebut sebagai Brine outfall system.
Brine Outfall System merupakan sistem pembuangan air dengan kadar garam tinggi ke laut melalui sebuah pipa yang dilengkapi dengan diffuser yang di susun dengan kemiringan tertentu. Diffuser ini memiliki diameter yang lebih kecil dibandingkan diameter pipa pembuangan, sehingga menghasilkan kecepatan tertentu dalam mengeluakan air berkadar garam tinggi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan brine outfall system ini diantara nya adalah kebutuhan dilusi, konfigurasi diffuser, kemiringan dan jarak antar difuser, serta kebutuhan hydraulic. Selain itu, material dari pipa pembuangan juga sangat berpengaruh pada efisiensi biaya dan efektivitas proses.
Material pipa pembuangan yang biasa digunakan adalah jenis High Density Polyethylene (HDPE) dan Glass-Reinforced Thermosetting Plastic (GRP). Secara umum, material yang digunakan adalah HDPE karena lebih fleksibel dan memiliki nilai roughness yang lebih kecil dari GRP berkisar antara 0.05 mm hingga 2 mm. Hal ini menyebabkan ketahanan HDPE terhadap biofouling dan proses sedimentasi lebih besar dibanding GRP.
Terdapat 3 (tiga) komponen penting dalam merancang Brine Outfall System. Pertama adalah weir box, Weir box adalah sebuah wadah yang terletak antara Pipa keluaran reverse osmosis plant dengan Pipa distribusi ke dalam laut. Terdapat dua sisi yang berbeda pada weir box yaitu upstream part yang berfungsi untuk mengontrol tekanan maupun level dari air keluaran reverse osmosis agar dapat secara kontinu dikeluarkan ke laut, serta sisi downstream part yang berfungsi untuk mengalirkan air keluaran reverses osmosis ke laut.
Pada downstream part harus dipastikan perbedaan head hydraulic nya agar air bisa keluar dengan aliran yang seragam ke seluruh nozzle yang diinstal. Yang kedua adalah pipeline yang berfungsi untuk mengalirkan air keluaran reverse osmosis dengan panjang dan kedalaman tertentu. Yang ketiga adalah diffuser. Diffuser berfungsi untuk mengeluarkan brine dengan kecepatan tertentu sehingga menghasilkan dilusi brine dengan air laut agar menghasilkan nilai dilusi yang baik sehingga salinitas dapat berada pada level aman.
Jadi air keluaran reverse osmosis unit (brine) tidak boleh dibuang ke laut secara sembarangan ya sob, ada system dan prosesnya untuk menjaga dan melindungi kelesarian kehidupan di laut.