Untuk kamu yang sekarang berstatus sebagai alumni perguruan tinggi, pastinya sudah sering melihat fenomena di mana teman kerja ternyata memiliki background pendidikan yang kurang relevan dengan pekerjaannya sekarang. Semisal teman kerja kamu dulunya adalah mereka yang kuliah di jurusan ekonomi eh malah pernah sekarang bekerja sebagai Kominfo web engineer. Atau malah kamunya sendiri yang mengalami fenomena seperti ini.
Fenomena seperti ini sendiri terbilang wajar dan sangat lumrah kita jumpai di berbagai bidang industri dan juga instansi, tidak terkecuali di tingkat Badan Pemerintahan seperti BUMN sekalipun. Apakah ini salah?. Jika kita berbicara di ranah industri dan juga instansi yang tidak terkait dengan kebijakan suatu negara, MinTek rasa sah-sah saja. Terlebih jika individu yang mengisi posisi tersebut memang memiliki kompetensi yang lebih dari cukup.
Lalu, apa sih yang membuat fenomena ini sering terjadi di dunia kerja?. Nah, di dalam artikel ini, MinTek akan menjelaskan tentang 7 alasan kenapa banyak lulusan perguruan tinggi bekerja tidak sesuai dengan jurusannya. Dimulai dari alasan yang pertama yakni;
1. Lowongan Pekerjaan Pada Jurusan yang Dipilih Memang Masih Minim
Alasan yang pertama, adalah lowongan pekerjaan pada jurusan yang dipilih memang masih minim. "Bukankah setiap perguruan tinggi yang ingin membuka jurusan baru, harus mengadakan riset terlebih dahulu MinTek, masa iya mereka tidak mikir kalau jurusan yang mau dibuka masih sepi peminat di industri?."
Memang benar bahwa perguruan tinggi perlu melakukan riset yang mendalam sebelum membuka jurusan baru tertentu. Syarat yang diperlukan oleh perguruan tinggi untuk membuka jurusan baru pun tidak sedikit. Dimulai dari melengkapi dokumen monodisiplin, multi disiplin, persetujuan Badan Penyelenggara, pertimbangan tertulis dari Senat Perguruan Tinggi, memenuhi persyaratan minimum akreditasi standar nasional, rekomendasi tertulis LLDikti, dan lain sebagainya.
Lantas mengapa perguruan tinggi masih membukanya?. Perlu diketahui bahwa tujuan Perguruan Tinggi bukan hanya untuk mencetak lulusan yang mampu mengisi kebutuhan kerja industri, tapi juga mampu mencetak lulusan yang dapat menjadi sentra pembangunan Sumber Daya Manusia. Mereka-mereka yang lulus dari jurusan yang sepi lowongan kerja relevan ini, diharapkan mampu menjadi tonggak awal dari penguatan industri terkait. Contoh saja jurusan Oseanografi dari UNDIP, Semarang dan ITB, Bandung, yang informasi lowongan kerjanya jelas tidak akan sebanyak jurusan lainnya yang lebih familiar di telinga kita, semisal Teknik Informatika.
Baca Juga: 7 Jurusan Kuliah yang Jarang Diketahui Tapi Memiliki Prospek Cerah
Adapun lulusan oseanografi memiliki kesempatan untuk dapat bekerja sebagai Coastal modeler, Metocean engineer, Marine seismic navigator dan sejenisnya. Tidak mudah bagi fresh graduate jurusan ini untuk bisa mengisi pekerjaan yang ada. Tapi, ketika pekerjaan tersebut berhasil didapatkan, sudah pasti gaji yang didapatkan juga akan berbeda jauh dari kebanyakan pekerjaan lainnya. Bahkan bisa saja menyentuh gaji dengan 3 digit angka.
2. Kualifikasi Lulusan Perguruan Tinggi yang Tidak Sesuai dengan Kebutuhan Terbaru Industri
Alasan yang kedua, lebih kuat mengarah kepada kemampuan personal dari mereka yang menjadi alumni. Memang, perguruan tinggi memiliki kewajiban untuk bisa memberikan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan terbaru industri. Tetapi, mengandalkan perguruan tinggi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran adalah kesalahan yang besar.
Terlebih lagi jika perguruan tinggi yang kita bicarakan di sini adalah perguruan tinggi berbentuk Universitas. Di mana rata-rata materi pembelajaran yang diberikan (untuk program S1) adalah materi-materi permukaan. Materi permukaan ini diberikan dengan harapan mampu memunculkan rasa penasaran peserta didik untuk menggali lebih dalam.
Salah satu tujuan dari pendidikan yang ditempuh melalui perguruan tinggi adalah untuk melatih kepekaan peserta didik akan kondisi terbaru dunia sosial & industri kerja. Jadi, sekali lagi MinTek mengatakan, salah besar jika kita terlalu mengandalkan perguruan tinggi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran.
3. Lulusan Tersebut Baru Menemukan Passionnya
Berikutnya adalah lulusan tersebut yang baru menemukan passionnya ketika sudah lulus. Hal ini sebenarnya wajar saja terjadi mengingat sifat dan keinginan manusia yang kompleks. Cenderung tidak bisa menetap pada 1 pilihan, terlebih ada pilihan lain yang lebih menggiurkan atau lebih nyaman dijalankan.
Apakah ini artinya banyak mereka yang dulu kuliah tetapi mengambil jurusan tidak sesuai dengan passionnya?. Bisa jadi iya dan bisa jadi tidak. Sekali lagi, sifat dan keinginan manusia itu berubah-ubah. Bisa jadi ia sebelumnya memang memiliki jurusan kuliah tertentu karena sesuai dengan passionnya. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, pandangannya yang semakin luas akan jurusan yang diambil, sulitnya mengikuti materi yang diberikan, menjadikan passion tersebut perlahan-lahan luntur.
4. Kalah Saing dengan Lulusan Lainnya
Selanjutnya adalah lulusan tersebut kalah saing dengan lulusan lainnya. Alasan yang satu ini mungkin terdengar klise, tetapi begitulah fakta lapangan yang ada. Terkadang, lulusan A akan kalah dengan lulusan lainnya di poin pengalaman. Ada juga yang kalah karena bersaing dengan lulusan perguruan tinggi ternama. Dan lain-lain. Persaingan untuk bisa mendapatkan pekerjaan ini memang tidak mudah. Terlebih lagi di Indonesia yang punya syarat lamaran pekerjaan yang kerap kali membatasi umur pelamarnya.
5. Mengambil Jurusan Kuliah Bukan Karena Pilihan Pribadi
Alasan kelima adalah lulusan yang ada ternyata mengambil jurusan kuliah bukan karena pilihan pribadi. Hal ini wajar terjadi terlebih jika saat proses pemilihan jurusan kuliah di perguruan tinggi dipengaruhi oleh orang tua, kerabat, saudara dan lain-lain. Pada umumnya, jurusan kuliah yang mereka pilihkan adalah jurusan kuliah yang memiliki prospek kerja menjanjikan, tidak peduli apakah jurusan kuliah tersebut sesuai dengan minat dan passion orang yang mereka pilihkan. Kasus seperti ini sering terjadi, dan biasanya mereka-mereka yang terpaksa mengikuti kemauan tersebut akan mendapatkan gelar sebagai mahasiswa salah jurusan selama proses kuliah berlangsung.
Jangankan berharap nilai terbaik dari mahasiswa seperti ini, bisa lulus tidak dropout saja sudah syukur. Oleh sebab itu, MinTek sangat mewanti-wanti kepada kamu semua, calon-calon mahasiswa baru agar harus memiliki pendirian yang kuat untuk memiliki jurusan kuliahnya sendiri.
6. Ingin Mendapatkan Ilmu yang Baru
Ini jadi alasan yang penjelasannya kurang lebih sama dengan alasan nomor 3. Di mana lulusan yang ada ingin terus belajar dan meluaskan ilmu yang ia miliki. Semisal individu tertentu dulunya adalah mahasiswa di bidang Teknik Informatika. Tapi karena lingkungan keluarganya adalah orang-orang yang bekerja di bidang kimia, individu tersebut kemudian perlahan mempelajari kimia. Dan untuk mendapatkan pengalaman serta materi kimia yang imersif, individu tersebut kemudian melamar pekerjaan di bidang kimia.
7. Faktor Ekonomi
Terakhir, adalah faktor ekonomi. Untuk alasan yang terakhir ini, MinTek rasa tidak perlu panjang lebar untuk menjelaskannya. Semisal ada lulusan jurusan PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar), karena sulitnya menjadi guru di sekolah negeri, proses honor yang panjang serta tidak kunjung diangkat menjadi ASN, gaji yang tidak seberapa untuk bisa mencukupi kehidupan sehari-hari, menjadikan individu tersebut banting setir mempelajari informatika. Kemudian melamar kerja sebagai Technical Support di sebuah perusahaan. Apakah ini mungkin terjadi?. Mungkin saja, terlebih jika alasannya adalah faktor ekonomi.
Baca Juga: 7 Pekerjaan Kreatif yang Mungkin Cocok untuk Anak IT
Inilah penjelasan lengkap tentang 7 Alasan Mengapa Banyak Lulusan Perguruan Tinggi yang Bekerja Tidak Sesuai Jurusannya. Ikuti terus MinTek di blog Anakteknik.co.id untuk dapatkan insight menarik lainnya ya. Semoga bermanfaat.