Mahasiswa, adalah mereka yang diharapkan mampu membawa angin perubahan untuk kehidupan bermasyarakat dan juga berbangsa. Hal ini wajar, mengingat mahasiswa dididik untuk dapat menjadi pribadi yang intelektual, serta mampu menggunakan ilmu yang didapatkannya, demi menjadi penggerak kehidupan bermasyarakat lebih baik. Dapat dikatakan bahwa mahasiswa adalah penerus pemimpin bangsa.
Terlebih lagi untuk negara berkembang seperti di Indonesia. Didapatkan dari data Badan Pusat Statistik, yang dihitung dari Agustus 2023 sampai dengan Mei tahun 2024, sebanyak 3.5 juta lulusan SMA, adalah mereka yang tergolong NEET. NEET adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan mereka yang tidak menjadi karyawan, dalam proses pendidikan, maupun pelatihan. NEET adalah kependekan dari Not in Employment, Education, and Training.
Dari data yang sama pula, didapatkan sebanyak 2,29 juta lulusan SMK adalah mereka yang tergolong NEET. Jika dilihat dari gendernya, sebanyak 26,54% perempuan adalah mereka yang tergolong NEET dan sebanyak 18,21% laki-laki adalah mereka yang tergolong NEET. Tentu saja menjadi mahasiswa di Indonesia, adalah nikmat yang tidak boleh kita sia-siakan begitu saja.
Sayangnya, tidak semua mahasiswa di Indonesia mampu memenuhi kriteria sebagai penerus pemimpin bangsa. Tidak sedikit pula lulusan perguruan tinggi, malah berakhir sebagai mereka yang juga tergolong ke dalam NEET alias menganggur.
Data Badan Pusat Statistik, per Januari 2024 lalu, sebanyak 842,378 ribu lulusan perguruan tinggi, adalah pengangguran. Tentu saja ada banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Dimulai dari ketidaksesuaian pendidikan dengan kebutuhan pasar, terbatasnya lapangan kerja, kurangnya akses informasi untuk daerah-daerah tertentu, perkembangan teknologi, masih seringnya praktik nepotisme, dan juga pastinya pribadi mahasiswa itu sendiri yang memang tidak berkualitas.
Baca Juga: 7 Alasan Kenapa Banyak Lulusan Perguruan Tinggi Bekerja Tidak Sesuai dengan Jurusannya
Mimin menyebutnya KURENG.
Lantas, bagaimana caranya kita sebagai mahasiswa dapat terhindar dari risiko menjadi sarjana tetapi nganggur?. Tentu saja adalah dengan belajar dengan giat. Selama masih menjadi mahasiswa, perkuat soft skill dan juga hard skill yang dimiliki. Jangan lupa juga untuk pertajam kemampuan sosial, jaring koneksi dan pertemanan yang sehat. Sebisa mungkin untuk kamu hindari pola pikir KURENG, yang dapat menghambatmu untuk berkembang.
Nah, di dalam artikel ini, MinTek akan menjelaskan 7 pola pikir KURENG yang wajib mahasiswa hindari jika ingin sukses. Penasaran apa saja?. Simak baik-baik artikel ini ya!.
1. Kebiasaan Baik itu Timbul Otomatis Karena Lingkungan
Pola pikir kureng yang pertama adalah dengan berpikir bahwa kebiasaan baik, seperti rajin belajar, sigap dan cepat tanggap, senang membaca buku, peka terhadap kebersihan lingkungan sekitar, adalah kebiasaan baik yang timbul otomatis karena lingkungan pertemanan.
Pola pikir seperti ini, jelas saja kurang tepat. Memang benar bahwa lingkungan dapat memengaruhi seseorang untuk bertindak lebih baik. Bahkan di dalam buku Atomic Habits, dijelaskan bahwa salah satu cara terbaik untuk memengaruhi kebiasaan baik muncul, adalah dengan merancang lingkungan yang dapat mendukung pola kebiasaan baik tersebut bisa muncul. Berteman dengan orang-orang yang memiliki kebiasaan giat belajar, jelas akan sangat memotivasi kita.
Tapi, di dalam buku yang sama pula dijelaskan bahwa salah satu cara terbaik untuk menghilangkan kebiasaan buruk, adalah menyadarinya terlebih dahulu. Orang yang terbiasa hidup jorok dengan kamar yang berantakan, tidak akan pernah berubah meskipun ia berada di lingkungan orang-orang yang bersih dan rapi sekalipun.
Karena apa? karena ia tidak menyadari bahwa kebiasaannya itu salah. Jadi, hal yang pertama yang harus kamu lakukan adalah menyadari terlebih dahulu kebiasaan mana yang baik, dan mana yang buruk.
Kesadaran seperti ini sendirilah, yang baru bisa muncul otomatis. Semisal seseorang yang menyadari bahwa kamarnya bau busuk setelah ia berkali-kali mencium bau tidak sedap. Terkadang juga datang dari perkataan orang lain. Mintalah kepada teman terdekat untuk jujur mengatakan, kebiasaan buruk apakah dari kita yang perlu diubah.
2. Teman Akan Selalu Datang Menolong
Pola pikir berikutnya adalah berpikir bahwa teman akan selalu datang menolong. Jelas saja pola pikir seperti ini tidak tepat. Sebagai mahasiswa, kita memang dituntut untuk bisa membangun jaringan belajar yang sehat dan juga saling memotivasi. Tapi, berharap pada jaringan belajar seperti ini saja, jelas tidak akan cukup untuk kamu bisa berkembang.
Akan ada masanya di mana kita dan teman terdekat akan jalan masing-masing, fokus pada apa yang benar-benar kita inginkan. Kita tidak bisa selalu ikut atau berharap bantuan teman terdekat selalu ada. Kita perlu ingat bahwa teman terbaik kita pun, memiliki tekadnya sendiri yang harus dipenuhi.
Orang-orang yang semasa kuliah bergantung kepada temannya, cenderung akan dijauhi. Hal ini wajar, mengingat rata-rata mahasiswa yang memiliki pola pikir seperti ini, hanya akan menjadi benalu untuk temannya sendiri. Datang ketika butuh, menghilang ketika dibutuhkan. Rata-rata juga mahasiswa seperti ini bakal menjalani proses pendidikan lebih lama daripada yang seharusnya.
Baca Juga: 7 Alasan Mengapa Mahasiswa Gagal Menyelesaikan Kuliahnya
Lebih ngerinya lagi, risiko dropout karena kekeh tetap memelihara pola pikir seperti ini, jauh lebih besar terjadi. Untuk itu, kita perlu melatih diri untuk lebih yakin pada kemampuan yang ada. Perbanyak afirmasi kepada diri sendiri, bahwa kita bisa. Jika gagal, maka fokuslah pada sisi positif lain, yakni kamu yang tetap berani mencoba, bukan malah fokus pada kegagalan yang didapatkan, dan kemudian meratapinya begitu mendalam.
3. Selalu Membawa Gelas Penuh
Pola pikir atau mindset buruk selanjutnya yang harus mahasiswa hindari adalah selalu membawa gelas penuh. Maksudnya, merasa diri sudah paling pintar dan juga paling hebat, sehingga muncul perasaan tidak mau menerima ilmu dari orang lain.
Mahasiswa yang selalu membawa gelas penuh, dapat kita deteksi dengan mudah melalui nada bicara atau sikapnya yang cenderung meninggi dan juga merendahkan orang lain. Ya, mereka dengan pola pikir seperti ini sangatlah sombong. Tentu saja, pola pikir seperti ini, harus dapat kita hindari karena bisa menyebabkan kita berada dalam lingkaran setan, dunning kruger effect. Sebuah bias kognitif yang membuat seseorang merasa lebih kompeten daripada orang lain.
Untuk bisa terhindar dari pola pikir seperti ini, sebisa mungkin untuk membawa gelas setengah isi. Siap menerima ilmu baru yang disampaikan oleh orang lain. Ingatlah bahwa semakin banyak kita belajar, semakin banyak kita menyadari betapa bodohnya kita. Semakin banyak kita belajar, semakin banyak kita tahu, bahwa kita tidak tahu.
4. Berjalan Apa Adanya Tanpa Rencana Matang
Selanjutnya adalah berjalan apa adanya tanpa rencana matang sama sekali. Ya, semasa kuliah dulu, MinTek sering melihat teman-teman atau bahkan diri sendiri seperti ini. Di mana kita sebagai mahasiswa cenderung mencukupkan proses belajar hanya saat di dalam kelas atau saat praktikum berlangsung saja.
Sepulangnya dari kelas atau praktikum, kebanyakan mahasiswa yang memang tidak punya rencana, dan juga ambisi besar, akan menghabiskan waktu yang ada dengan bermain, bermain dan bermain. Buku-buku penunjang pemahaman yang direkomendasikan dan juga sudah dibeli, hanya akan jadi pengisi lemari saja. Buku tersebut baru akan disentuh apabila kita sudah mau masuk kelas mata kuliah terkait.
Pola pikir berjalan apa adanya tanpa rencana matang tentu akan sangat menumpulkan daya pikir yang kita miliki. Kita menjadi terlalu bergantung terhadap penjelasan dosen saat jam mata kuliah dilaksanakan. Padahal, apa yang diterangkan oleh dosen di dalam kelas mata kuliah yang ada, hanyalah ringkasan dari banyak materi yang ada. Ringkasan tersebut, memang akan sangat banyak membantu kita menjawab soal ujian yang ada, tapi itu sama sekali tidak menambah daya berpikir kita akan mata kuliah terkait, alias menguap begitu saja.
Di dalam buku Zero to One, Membangun Startup Membangun Masa Depan karya Peter Thiel dijelaskan bahwa memiliki rencana yang buruk, lebih baik daripada tidak memiliki rencana sama sekali.
5. Terlalu Fokus Pada To Do List
Ya, terlalu fokus pada to do list juga tidak baik untuk dirimu sendiri. Sebagai mahasiswa, kita memang dituntut untuk bisa produktif. Membuat to do list adalah salah satu solusi terbaik untuk kamu bisa lebih produktif secara terstruktur. To do list sendiri adalah metode berbentuk kegiatan yang harus dilakukan. Metode ini membantu kita untuk dapat berpikir, "Apa yang harus aku lakukan setelah kegiatan ini selesai". Metode ini, banyak digunakan oleh ahli produktivitas, baik itu dirinya sendiri maupun untuk membantu sistem kerja perusahaan atau organisasi lebih baik.
Baca Juga: 7 Situs yang Wajib Mahasiswa Kunjungi Saat Gabut
Meskipun memiliki banyak dampak positif, nyatanya to do list bukanlah daftar yang akan segera berakhir. To do list adalah daftar kegiatan yang harus dilakukan dan akan selalu ada. To do list bukanlah daftar kegiatan akhir yang harus kamu lakukan. Setiap to do list yang berhasil diselesaikan, akan melahirkan to do list lainnya.
Terlalu fokus pada to do list akan membuat kita lupa untuk menikmati hidup sesaat. Kita jadi lupa akan pola hidup sehat serta menyenangkan, karena pikiran kita yang terobsesi pada to do list. Lagi pula, terlalu sering berpikir "Setelah ini, apa yang harus aku lakukan" malah akan mengantarkanmu pada pekerjaan setengah hati. Fokus kita bukan lagi pada kualitas kegiatan, tapi pada kuantitas seberapa banyak daftar kegiatan yang berhasil dicoret dari to do list.
6. Hidup Adalah Kompetisi
Menjelang akhir, adalah pola pikir bahwa hidup adalah kompetisi. Pola pikir seperti ini, justru akan membawamu pada rasa penyesalan yang begitu mendalam ketika kamu melakukan kesalahan. Kita jadi berpikir yang tidak-tidak setelah kesalahan dibuat. Kita berpikir bahwa 1 kesalahan yang muncul akan mengakibatkan masa depan kita sebagai sarjana, suram.
Pola pikir seperti ini, akan membuat kita seolah-olah hidup dalam keadaan darurat. Kita selalu tergesa-gesa dalam mengerjakan segala hal dengan cepat. Kita tidak lagi peduli apakah kita menikmati atau benar-benar meresapi materi kuliah yang diberikan, yang terpenting adalah bagaimana setiap soal yang ada, harus terisi dengan jawaban yang benar, tanpa kita benar-benar memahami maksud jawaban tersebut.
Baca Juga: 5 Film yang Wajib Banget Mahasiswa Tonton Seumur Hdup Sekali
Pikiran seperti ini akan membawa kita pada perasaan "Karena kita takut" tidak sukses, makanya kita harus belajar pagi, siang dan malam. "Karena kita takut" tidak sukses, makanya kita harus menemukan jawaban yang benar untuk setiap soal ujian yang diberikan, sekalipun itu dari hasil mencontek. Padahal, sukses itu akan datang menghampiri bagi orang-orang yang berpikir "Meskipun kita takut" tidak sukses, tapi kita harus tetap belajar dengan efektif serta jujur. Pola pikir seperti ini, akan membawa kita pada kedamaian. Kita jadi lebih mentolerir atau berdamai dengan ketidaksempurnaan.
7. Tidak Mau Belajar Hal yang Baru
Pola pikir kureng yang terakhir adalah tidak mau belajar hal yang baru. Pola pikir seperti ini, biasanya timbul bersamaan dengan pola pikir ketiga sebelumnya, yakni selalu membawa gelas penuh. Karena merasa diri adalah orang yang paling pintar, kita jadi meremehkan orang lain dan segala hal yang sebenarnya tidak kita kuasai dengan baik. Kita menjadi seseorang yang cenderung menganggap diri hebat akan materi baru tertentu, meskipun baru tahu sedikit. Pola pikir seperti ini jelas tidak akan membuat dirimu menjadi pribadi yang jauh lebih baik dan juga berkembang. Alih-alih menapaki tangga kesuksesan, kamu malah hanya akan berjalan di tempat.
Inilah 7 pola pikir kureng yang harus mahasiswa hindari jika ingin sukses.
Sebagai tambahan, MinTek merekomendasikan kepada kamu untuk membaca beberapa buku self improvement di bawah ini;
- Atomic Habits dari James Clear
- Think and Grow Rich dari Napoleon Hill
- Jangan Membuat Masalah Kecil Menjadi Masalah Besar dari Richard Carlson
- Zero to One, Membangun Startup, Membangun Masa Depan dari Peter Thiel
Semoga informasi ini, bermanfaat ya!.
0 Komentar
Artikel Terkait
