Teknologi dan politik adalah 2 hal yang berbeda. Teknologi dipandang sebagai alat yang sempurna untuk bangsa menuju peradaban yang maju dan modern.

Sedangkan politik seringkali dipandang sebagai alat untuk merebut kekuasaan semata. Politik identik dengan perbuatan seperti korupsi, kolusi, dan juga nepotisme.

Ya, 2 pandangan inilah yang mungkin pertama kali terbayang di dalam pikiran Sobat Teknik ketika ditanya soal perbedaan antara keduanya.

Institut Teknologi Sepuluh November bahkan menganalogikan perbedaan keduanya seperti susu dan arang. Keduanya memang tidak dapat dicampurkan begitu saja, tapi dengan manusia yang diberi fitrah untuk berpikir lebih, susu dan arang ini dapat bersinergi dengan baik.

Perlu diketahui analogi susu yang lezat tidak selalu identik dengan teknologi. Begitu juga dengan arang yang analoginya tidak selalu identik dengan politik. Baik teknologi dan politik keduanya bagaikan dua sisi mata uang. Punya nilai lebih dan kurang.

Contoh saja susu yang dimasak dari arang menggunakan media gerabah. Susu adalah politik, arang adalah teknologi, dan media gerabah adalah hasil pola pikir manusia.

Analogi ini memberikan kita petunjuk bahwa sejatinya teknologi dan politik dapat berjalan bersama menuju satu tujuan yang sama. Tinggal bagaimana tujuan tersebut dirumuskan, apakah untuk kebaikan ataupun untuk kejahatan.

Menggunakan media sosial untuk menyebarkan pencitraan politik juga termasuk buah pikir dari teknologi dan politik yang dijalankan bersamaan. Apakah tujuannya benar?. tentu saja tidak.

Baca Juga: 7 Saran Nama Terbaik untuk Jadi Menkominfo Terbaru!

Secara garis besar, hubungan teknologi dan politik sudah dapat kita lihat dari berbagai aspek yang ada. Salah satu aspek tersebut adalah banyaknya ahli teknologi yang menjadi Presiden di sebuah negara. Meskipun bertolak belakang, nyatanya mereka mampu melakukan sinergi yang baik antara teknologi dan politik.

Lantas siapa saja presiden dunia yang memiliki latar belakang IT?. Penulis telah merangkum banyak nama presiden, yang 7 di antaranya adalah;

1. Bacharuddin Jusuf Habibie - Indonesia

Yang pertama berasal dari tanah air kita, Indonesia, yakni Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang akrab disapa dengan Eyang Habibie.

Karirnya dalam dunia teknologi tidak perlu diragukan lagi. Melalui buku biografi Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner, kita dapat membaca betapa cemerlangnya karir beliau di bidang teknologi.

Dimulai dari terpilihnya beliau untuk masuk Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (ITB), hingga beliau melanjutkan studinya di Jerman tepatnya di RWTH Aachen mengambil spesialisasi konstruksi pesawat. Beliau lah yang juga berhasil merumuskan Progression Theory/Habibie Factor.

Hukum yang digunakan untuk menjelaskan tentang titik awal retakan di bagian sayap pesawat.

Kecemerlangan karir teknologi beliau juga menular dalam karirnya di bidang politik. Beliau selau menjadi bagian penting dari pemerintahan Soeharto dengan menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi, dari Kabinet Pembangunan III-VI.

Bahkan beliau sempat menjadi Wakil Presiden 1998, dan hanya beberapa bulan setelahnya, ia menjadi Presiden RI.

Salah satu prestasi terbesar Habibie di bidang politik adalah ia mampu menekan nilai dollar terhadap rupiah mencapai 34,1%, menjadi Rp.6.550 per dolar AS.

2. Aleksandar Vucic - Serbia

Kedua ada nama presiden Serbia Aleksandar Vucic.

Meskipun secara latar belakang pendidikan, Vucic tidak bersangkutan langsung dengan teknologi, tapi ia pernah menjadi Menteri Penerangan Serbia tepatnya di bawah pemerintahan Mirko Marjanovic.

Menteri Penerangan sendiri adalah kementerian di pemerintahan Serbia yang mengatur masalah informasi dan teknologi telekomunikasi.

Selama menjabat sebagai menteri inilah, Aleksandar Vucic sering mengeluarkan kebijakan yang "luar biasa". Salah satunya adalah memberlakukan denda terhadap jurnalis yang mengkritik pemerintah, dan juga melarang jaringan televisi dari luar negeri masuk.

3. Mauricio Macri - Argentina

Ketiga adalah Mauricio Macri. Mantan presiden Argentina.

Sebelum menjadi presiden, ia tercatat sebagai seorang pengusaha terkenal di sektor industri dan konstruksi. Meskipun tidak berhubungan langsung dengan teknologi, latar belakang pendidikannya membantu ia untuk memahami teknologi.

Macri adalah sarjana teknik sipil dari Universitas Katolik Pontifikal Argentina. Setelah lulus, Macri banyak mendedikasikan dirinya untuk mempelajari neoliberalisme. Sebuah paham ekonomi yang mengacu pada filosofi ekonomi-politik di akhir abad 20an.

Sembari mempelajari ilmu tersebut, Macri juga menjadi analis junior dari anak perusahaan Socma Group bernama SIDECO Americana.

Socma Group sendiri adalah perusahaan yang dikelola oleh ayahnya bernama Franco Macri. Karirnya di bidang teknologi terus menanjak terlebih setelah ia menjadi Wakil Presiden dari Sevel Argentina, perusahaan perangkai mobil Fiat dan Peugeot berlisensi Argentina.

Untuk karirnya di bidang politik, dimulai dari jabatannya sebagai anggota kamar deputi Argentina di tahun 2005. Ia kemudian mencalonkan diri menjadi presiden pada tahun 2015. Ia dilantik tepat pada tanggal 10 Desember 2015 di Kongres Argentina. 

4. Lee Myung Bak - Korea Selatan

Di nomor 4 ada sosok Lee Myung Bak, mantan presiden Korea Selatan yang memimpin dari periode 2018-2013.

Sebelum menjadi presiden, Lee Myung Bak tercatat pernah menjabat sebagai CEO daripada Hyundai Engineering and Construction.

Karirnya di bidang teknologi terbilang cemerlang.

Di perusahaan Hyundai ia bahkan membuat gebrakan yang luar bisa dengan mampu membantu perusahaan menciptakan buldozernya sendiri. Metode pengembangan itu ia dapatkan setelah mempreteli habis mesin buldozer dan kemudian mempelajari komponennya satu per satu. Lee Myung Bak sendiri adalah alumni dari Korea University.

Karirnya di bidang politik sendiri terbilang cukup mentereng. Ia dinilai sebagai presiden yang mampu mengubah pendekatan Korea Selatan terhadap Korea Utara menjadi lebih tegas.

Di bawah kepemimpinannya, Korea Selatan mampu memberikan banyak pengaruh global, dan terpilih sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi G20 Seoul 2010.

5. Peter Mutharika - Malawi

Kelima adalah sosok Peter Mutharika.

Sebelum menjabat sebagai presiden Malawi, Peter Mutharika tercatat sebagai seorang yang ahli di bidang hukum ekonomi internasional dan juga hukum konstitusional komparatif. Lalu bagaimana dengan karirnya dengan di bidang IT?.

Meskipun ahli dalam bidang hukum, nyatanya Peter Mutharika ini pernah ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan, Sains dan Teknologi. Tidak banyak rekam jejak yang bisa kita pelajari dari karirnya di bidang IT.

Tapi ketika ia menjabat sebagai presiden, ia membuat gebrakan baru dengan memburu praktek vampire yang kerap terjadi di negara di tersebut. Di tahun 2020 kemarin, Peter Mutharika juga membuat keputusan vital dengan mengurangi 10% gaji pejabat untuk bantu penanganan Covid di negara nomor 3 termiskin di dunia tersebut.

Adapun sekarang, jabatannya sebagai presiden sudah digantikan oleh Lazarus Chakwera.

6. Abdullah Gul - Turki

Selanjutnya ada nama Abdullah Gul.

Ia adalah presiden Turki yang menjabat dari periode 2007-2014. Gul semasa muda dikenal sebagai seseorang yang giat belajar. Ia menimba ilmu di perguruan tinggi di London dan juga Exeter Inggris. S3 nya ia dapatkan dari jurusan ekonomi di Universitas Istanbul.

Karirnya di bidang teknologi, dimulai saat ia bekerja di perguruan tinggi Universitas Sakarya. Bersamaan dengan tenaga kerja lainnya, ia membangun fakultas baru Teknik Industri dan mengajar mata kuliah manajemen.

Tahun 1991, ia berganti kemudi dengan menjadi dosen dalam mata kuliah manajemen internasional. Ya, meskipun tidak berhubungan langsung dengan teknologi, tetapi di dalam manajemen pastinya diperlukan pengetahuan terhadap software terbaik yang memudahkan proses pengelolaan SDM untuk capai tujuan tertentu.

7. Rosen Plevneliev - Bulgaria

Terakhir ada mantan presiden Bulgaria untuk periode 2012-207, bernama Rosen Plevneliev.

Beliau dikenal sebagai salah satu presiden dengan karir di teknologi yang mentereng. Plevneliev adalah lulusan dari Mathematical and Natural Sciences High School tahun 1982.

Setelahnya, ia melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi tepatnya di Higher Mechanical-Electrotechnical Institute, Sofia. Di tahun 1989 ia menjadi fellow di Institute for Microprocessing Technology, di Pravets.

Setelah lulus, Plevneliev mendirikan perusahaannya sendiri dengan nama SofIa Business Park, sebuah taman perkantoran layaknya Silicon Valley yang menampung banyak perusahaan teknologi.

Karirnya di bidang politik juga terbilang cukup bagus. Ia mengawali karirnya dengan menjadi Menteri Pembangunan Daerah dan Pekerjaan Umum.

Plevneliev bersama dengan Wakil Perdana Menteri saat itu Simeon Djankov, Menteri Ekonomi Traicho Traikov, dan Menteri Lingkungan Karadzhova dikenal sebagai orang-orang yang reformis.

Tahun 2011, Plevneliev maju mencalonkan diri sebagai presiden, dan berhasil mengalahkan Ivaylo Kalfin dengan perolehan suara mayoritas 52,58%.

Saat menjadi presiden, Plevneliev terkenal sebagai presiden Bulgaria pertama yang menunjuk lebih dari satu pemerintahan sementara. Ia menunjuk Marin Raykov sebagai pemimpin pemerintahan sementara tersebut.

Inilah 7 presiden dunia yang memiliki latar belakang IT. Mereka-mereka ini jelas jadi contoh nyata betapa teknologi dan politik dapat bersinergi dengan baik. Tinggal bergantung pada tujuan yang ingin diraih.

Baca Juga: 7 Ahli Teknologi yang Jadi Buronan FBI

Apabila Sobat Teknik ingin dapatkan banyak bahan bacaan seru, kunjungi terus Blog Anakteknik.co.id.

Punya informasi keren dan unik yang ingin dishare di blog Anakteknik?, silahkan gabung jadi penulis di sini. Dapatkan hadiah spesial dengan mengisi profil penulis lengkap!.

Semoga bermanfaat.