Opini

Mengenal 3 Bentuk ‘Kekacauan Informasi’ Pemicu Terjadinya Hoaks

Hoaks masih terus bermunculan di media sosial karena adanya kekacauan informasi. Anda sering melihatnya, namun tahukah anda bagaimana bentuk kekacauan informasi tersebut?

Bayu Rahmadi8 April 2022

Penyebaran suatu informasi di era digital menjadi sangat mudah, cepat, dan efisien. Namun dalam jutaan informasi yang tersebar, tidak berarti semuanya kredibel dan dapat dipercaya.

Informasi yang salah dan menyesatkan menyebabkan terjadinya gangguan informasi (Information Disorder). Umumnya informasi yang salah dan berbeda dengan fakta dikenal dengan istilah “Hoaks”.

Tujuan penyebaran konten hoaks bisa beragam seperti untuk menimbulkan perpecahan, propaganda, ketakutan, kepanikan, dan keresahan secara massal, keuntungan finansial pihak tertentu maupun kepentingan politik.

Publikasi UNESCO tahun 2019 berjudul "Jurnalisme, 'berita palsu', & disinformasi" menyebut bahwa kekacauan informasi bisa berupa Misinformasi, Disinformasi, dan Malinformasi.

Sebenarnya ketiga kategori tersebut sering tersebar di internet, khususnya pada media sosial. Ketiganya berbeda karena memiliki ciri khas. Dilihat dari tujuan, mulailah dibuat dan bagaimana cara disebarkannya suatu informasi tersebut.

Sumber gambar: https://pixabay.com

1. Misinformasi

Secara sederhana, ciri khas Misinformasi adalah sebuah “informasi yang salah” namun disebarkan oleh orang yang percaya informasi tersebut benar. Penyebarannya dilakukan tanpa adanya niat jahat, buruk atau untuk merugikan pihak lain.

Kesalahan juga muncul akibat riset yang buruk atau verifikasi yang ceroboh. Melihat orang lain mengirim informasi yang sama, bukan menjadi dasar bahwa informasi itu benar.

Biasanya informasi yang disebarkan mengandung mitos, konspirasi, tidak terbukti secara ilmiah, sumbernya tidak pasti, dan tidak valid.

2. Disnformasi

Dalam Disinformasi, informasi yang tersebar juga merupakan “informasi yang salah”. Sayangnya tetap disebarkan oleh orang lain meskipun ia mengetahui bahwa informasi tersebut tidak terbukti kebenarannya.

Artinya dalam penyebaran informasi ini, ada kesengajaan dari pihak yang menyebarkan. Tentu tujuannya untuk merugikan pihak lain atau untuk menimbulkan perpecahan. Disinformasi merupakan kebohongan yang disengaja.

3. Malinformasi

Berbeda dengan keduanya, dalam Malinformasi, informasi yang disebarkan “sebagian atau seluruhnya mengandung kebenaran”.

Kadang dalam informasi ini mengandung unsur pelecehan ataupun ujaran kebencian. Tujuan disebarkannya informasi digunakan untuk menjatuhkan seseorang, kelompok masyarakat, bahkan suatu negara.

Jadi, orientasi dari disebarkannya informasi bukan untuk kepentingan publik, melainkan untuk merugikan pihak lain.

Contohnya,

  • Menyebarkan informasi bahwa seorang gadis sudah tidak perawan
  • Informasi tentang seseorang yang melakukan operasi transgender
  • Atau tentang orientasi seksual orang lain

Hal-hal yang disebarkan sebenarnya merupakan hak privasi seseorang, namun justru dibuka kepada publik agar orang tersebut dipersekusi. Bagaimanapun, merilis informasi pribadi seseorang ke ruang publik bukan merupakan hal yang etis.

Semoga dengan mengetahui ketiga bentuk kekacauan informasi diatas, dapat menambah pengetahuan Anda mengapa hoaks itu bisa terjadi di media sosial.

Tetap hati-hati, dan jangan cenderung mempercayai informasi apapun. Apalagi jika informasi itu menyerang perasaan anda, sehingga anda mengabaikan pertimbangan yang rasional. 

Share:

0 Komentar

Artikel Terkait