Bekerja saat ini tak melulu harus di kantor, prinsip ini telah diterapkan oleh beberapa perusahaan kelas dunia yang tidak mengharuskan karyawannya datang ke kantor. Bayangkan saja, untuk bisa datang di kantor rata-rata pekerja menghabiskan waktunya hingga 2-3 jam di jalan. Apalagi jalanan ibukota yang super sibuk dan sering macet. Berapa biaya, waktu, tenaga yang dikorbankan? Belum lagi ketika sesampainya dirumah masih mengerjakan pekerjaan kantor yang belum selesai. Saat bangun tidur harus datang lebih pagi agar tidak terlambat masuk kantor. Lalu bagaimana dengan keluarga? Bagaimana dengan kehidupan pribadi? Sebenernya kerja untuk siapa sih?
Itulah kenapa saya sudah mendalami kerja remote sebelum marak saat ini. Apalagi ketika dihantam pandemi, semua perusahaan berlomba-lomba bekerja dari rumah. Bagi perusahaan yang kaget dan tak memiliki konsep remote working akan sembarangan mengatur karyawannya. Mereka lebih sering memindahkan pekerjaan offline ke digital. Tak lebih dari itu. Padahal remote working tak sesimple itu. Maka dari itu lewat tulisan ini kita akan sama-sama belajar. Gimana sih konsep remote working yang ideal? Bukan hanya menurut saya, namun juga menurut berbagai perusahaan dan pengusaha yang sudah lebih dulu sukses dengan remote working. Bahkan perusahaannya tumbuh berpuluh-puluh kali lipat.
1. Kantor adalah pembunuh produktifitas terbesar
Source : corporate wellness magazine
Sebagian besar dari kita jika disuruh memilih waktu untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan pasti hampir tidak memilih di saat jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Survey pekerja mengerjakan pekerjaan paling efektif adalah disaat pagi hari jam 5-7 pagi dan di jam 9-12 malam. Alasannya mudah ditebak, karena di waktu tersebut kita menemukan kesunyian dari berbagai distraksi. Mulai dari suara, ajakan ngobrol teman, dan kefokusan. Jika memang begitu, kenapa kantor masih saja beroperasi di jam tersebut ya?
Belum lagi jika kita bekerja di ruangan kantor. Ketika baru datang, rekan kerja pasti akan mengajak ngobrol hal-hal diluar pekerjaan. Ketika fokus sedikit, rekan kerja yang lain menginterupsi topik lain soal pekerjaan yang dikerjakan. Dan itu membuat kita susah kembali fokus. Ketika istirahat siang, pekerja akan mengobrolkan soal makan apa dan dimana. Belum lagi obrolan lain yang tidak ada urusannya dengan pekerjaan, sampai lupa waktu. Kembali di kantor sudah terlambat, susah kembali fokus. Dan tak terasa waktu menunjukkan jam pulang kantor. Macet-macetan lagi dijalan. Begitu seterusnya hingga tak terasa waktu kita habis dengan hal yang urusannya kantor, kantor dan kantor.
2. Kunci utama adalah saling percaya
Source : Govloop
Untuk apa kita mempekerjakan seseorang apabila tak didasari rasa saling percaya? Dan untuk apa pula kita bekerja kepada seseorang jika tidak saling percaya? Kunci utama dalam bekerja remote adalah saling percaya. Bagi founder/pemilik bisnis mempekerjakan karyawan yang ia pilih adalah tentang memberikan amanah. Dan bagi karyawan yang bekerja bagi perusahaan/pemilik adalah menerima amanah itu. Jika ada kebohongan, pengkhianatan selesai. Berhentikan.
Tidak ada yang sempurna dari sistem yang ada di dunia ini. Toh walaupun pemilik bisnis mengawasi terus karyawan untuk bekerja di kantor, tak menjamin mereka bekerja. Begitupun ketika pandemi, karyawan harus mengerjakan pekerjaannya dirumah, namun pemilik bisnis terus menelfon, video call setiap saat. Lalu apa bedanya dengan mengerjakannya dikantor? Saat ini pekerjaan tidak diukur dari berapa persen kehadiran karyawannya. Namun berapa persen hasil yang telah dicapai. Bariernya bukan lagi soal jarak rumah dengan kantor, namun apa skillnya?
3. Rubah komunikasi menjadi asynchronous
Source : think-boundless
Ketika rasa percaya sudah dimiliki antar tim. Maka langkah selanjutnya adalah mengubah cara berkomunikasinya. Jika di kantor kita terbiasa berkomunikasi secara langsung (komunikasi yang secara cepat mendapat feedback). Maka di konsep remote working kita tak diharuskan berkomunikasi begitu. Lebih tepatnya komunikasi tak langsung (asynchronous). Lalu bagaimana cara kerjanya? Apakah benar efektif?
Harapan dari kerja remote adalah menyeimbangkan kehidupan pekerjaan dengan kehidupan pribadi dan keluarga. Jadi respon setiap pekerjaan tak harus dilakukan secara langsung. Namun bisa juga dengan merespon ketika sudah sempat. Seperti halnya membalas email, biasanya kita tak langsung membalas. Perlu jeda waktu. Berbeda dengan chat via whatsapp yang membutuhkan respon secara langsung/realtime. Namun dalam tim, kita juga perlu paham bagaimana mengatur tingkat prioritas. Tak semua pekerjaan sifatnya penting dan mendesak. Sehingga sistem asynchronous ini bisa mengatur tingkat prioritas dalam pekerjaan.
Namun hampir semua pekerja kantoran saat ini menerapkan "semua pekerjaan adalah penting dan mendesak. Semakin cepat semakin baik". Namun bagi seorang leader, penting juga mengetahui tingkat beban pekerjaan dari setiap tim. Inilah yang membuat tim lebih efektif dalam bekerja. Jika semua pekerjaan dianggap penting, lalu apa fungsi prioritas?
Maka dalam rangka komunikasi secara tak langsung kita harus mampu membuat tulisan sama halnya dengan membuat status pada facebook atau blog. Dan tim akan merespon ketika waktunya sudah longgar. Tools yang digunakan bermacam-macam. Bisa dengan trello, email, basecamp, open project, dll. Apalagi saat ini tools itu semakin lengkap fiturnya. Mulai dari memberikan notif kepada pekerja, mengatur jadwal prioritas, status pekerjaan, input file, dll.
Hal ini berbeda dengan chat whatsapp melalui grup. Pembahasan pekerjaan cenderung tidak fokus dan sifatnya yang selalu respon langsung. Pesannya akan cenderung melebar kemana-mana dan perlu tanggapan langsung (prioritas utama). Sehingga pekerjaan tidak akan termonitor kepada masing-masing individunya sesuai prioritas.
4. Kerja remote tidak cocok untuk semua orang
Source : Mentimeter
Hal yang perlu disadari bahwa bekerja sendirian tanpa ada orang yang bisa diajak diskusi secara langsung seperti di kantor adalah tantangan. Kerja remote memang awalnya dikhususkan untuk para desainer dan programmer. Mereka lebih banyak bekerja dengan deep thinking, makanya kebanyakan dari mereka introvert. Mereka mampu memotivasi dirinya sendiri untuk mengerjakan project walau tanpa rekan diskusi. Berbeda dengan tipe orang yang membutuhkan motivasi dari luar diri sendiri, akan lebih susah untuk kerja remote.
Sehingga hal ini membuat beberapa perusahaan besar seperti google menerapkan sistem hybrid. Mereka memiliki kantor namun tak mewajibkan karyawannya datang ke kantor. Bagi mereka yang ingin bekerja secara bersama-sama, diskusi satu sama lain pasti akan datang ke kantor. Biasanya pekerjaan ini berhubungan dengan produk/riset. Namun jika ingin mengerjakannya sendiri tanpa diskusi pun tak apa walau tak datang ke kantor. Maka tak jarang ditemui pekerja perusahaan besar itu memiliki karyawan yang bekerja di luar negeri. Mulai london hingga bali. Tak terbatas ruang dan waktu. Itulah enaknya kerja remote.
5. Spektrum Kerja Remote sangatlah luas
Source : pqm.co.id
Bukan hanya batasan jarak rumah dengan kantor,, kerja remote juga tak mengenal batasan fisik. Beberapa rekan pengusaha juga mempekerjakan para disabilitas. Mereka terkadang tidak dipekerjakan oleh perusahaan (unemployee) bukan karena mereka tak mampu. Tapi karena memiliki keterbatasan fisik. Seringkali batasan fisik ini tak diimbangi dengan tatanan kota, fasilitas umum hingga tempat kerja yang tidak mendukung.
Oleh sebab itu kerja remote bisa menjadi opsi mempekerjakan mereka yang berbakat dengan pilihan tempat kerja dimanapun yang bisa mereka inginkan. Sebab bekerja tidak perlu hanya di kantor. Namun perusahaan tak harus sepenuhnya mempekerjakan karyawan sepenuhnya remote (full digital nomade). Bisa juga dengan metode hybrid yang memiliki opsi kantor sebagai tempat berkumpul, namun memiliki fleksibilitas waktu dan tempat dalam bekerja. Seperti kami di Anak Teknik Indonesia.
Maka dari itu, prinsip kami nomor satu adalah BEKERJALAH DITEMPAT YANG MEMBUATMU BAHAGIA. Seperti kaos team yang sedang kami buka untuk pre order berikut :
KLIK DISINI UNTUK ORDER
Buruan order KLIK GAMBAR DIATAS mumpung harga Promo...
Gimana? Makin pengen nerapin kerja remote di perusahaan? Atau berencana mencari kerja diluar yang nerapin kerja remote? Siap-siap jadi digital nomade yak. Kerja ditempat manapun yang membuatmu bahagia.