Teknologi wearable merupakan perangkat elektronik yang dapat dipakai oleh manusia.
Bentuk teknologi wearable yang paling sering dijumpai di pasaran saat ini adalah smartwatch. Konsep kerja dari wearable mengacu pada IOT (Internet of Things), data-data yang diambil/terekam dari pengguna yang terintegrasi dengan internet. Dan selanjutnya diolah dan simpulkan.
Data yang paling sering direkam wearable adalah suhu tubuh, detak jantung, hingga pola tidur. Data-data tersebut umumnya berkaitan dengan kesehatan pengguna. Sebab, perusahaan pengembang perangkat wearable menargetkan tingkat kesehatan dan pola hidup penggunanya.
Meskipun bermanfaat di bidang kesehatan, masalah perangkat wearable yaitu keterbatasan daya baterai. Oleh sebab itu, para peneliti dari Universitas Osaka Jepang mengembangkan wearable tanpa pengisian baterai.
Teknologi wearable tersebut telah dibuat oleh para ilmuwan Jepang. Perangkat ultra tipis dan mudah digunakan seperti plester luka dan tidak butuh pengisian daya baterai. Hal tersebut dikarenakan terdapat generator kecil di dalamnya sehingga tidak akan kehabisan tenaga.
Meskipun tipis dan nirkabel, wearable penemuan para peneliti asal Jepang tersebut mampu menghidupkan sensor pintar yang tertanam di dalamnya. Semua sensor tersebut mencatat data kesehatan pengguna. Dan langsung terintegrasi dengan smartphone atau laptop untuk membaca hasilnya.
Tujuan dari pengembangan teknologi wearable untuk membantu para dokter dan tenaga medis dalam memantau kesehatan pasien. Teknologi inovatif tersebut tentunya akan mengubah segalanya pada dunia kesehatan dan medis.
“Plaster wearable hasil penemuan kami dapat digunakan sebagai bagian dari skrining untuk menentukan penyakit pasien yang terhubung, tentunya penyakit tersebut ditimbulkan oleh gaya hidup seperti gangguan jantung, stress, dan apnea tidur. Pola hidup pasien akan direkam selama 24 jam penuh, dan kirimkan kepada dokter untuk mendukung pendapat ahli.” Ucap Dr. Andreas Petritz yang merupakan salah seorang peneliti dalam pengembangan perangkat.
Para peneliti menggunakan apa yang dikenal sebagai zat feroelektrik, yang dapat menggerakkan dirinya sendiri dari gerakan normal. Efek piezoelektrik ini karena zat tersebut mengandung kristal yang dapat dibuat secara spontan memiliki muatan positif dan negatif. Para peneliti menerapkan arus listrik yang kuat ke sejumlah kecil bahan hanya setebal satu mikron. Bahan itu sangat efisien dalam mengubah gerakan alami menjadi tegangan listrik kecil.
Arus ini dapat dikonversi menjadi sinyal untuk sensor medis atau digunakan untuk energi hingga 200 mili joule per hari dari gerakan sendi-sendi seperti lutut kaki dan siku tangan. Ini adalah kekuatan yang cukup untuk memantau parameter kardiovaskular pasien beberapa kali sehari.
“Kami berharap jika penemuan ini akan membantu dalam pengembangan sistem sensor tipe lembaran tipis yang dapat melakukan pemantauan biologis yang tepat ketika ditempelkan ke permukaan kulit.” Ucap Professor Tsuyoshi Sekitani dalam sebuah wawancara.
Penemuan ini telah dipublikasi dalam jurnal Nature Communications.