Teknologi

Sekilas Tentang Kereta Rel Listrik (KRL) dan Sistem Elektrifikasinya

Tahukah kamu mengenai kereta rel listrik (KRL) dan sistem elektrifikasinya? berikut penjelasannya

Mobilitas yang aman, cepat, dan nyaman dari daerah penyangga ke pusat kota atau sebaliknya menjadi kebutuhan penting harian masyarakat terutama masyarakat perkotaaan yang padat penduduk.

Dengan mobilitas yang tinggi dan jumlah penduduk yang padat, kemacetan menjadi masalah klasik kota besar yang tak kunjung terselesaikan.Transportasi umum menjadi salah satu solusi yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah kemacetan.

Kereta rel listrik (KRL) menjadi salah satu transportasi umum yang menjadi favorit masyarakat. Jenis KRL di Indonesia ada berbagai macam yaitu KRL Commuter Line, LRT (Light Rapid Transit), MRT (Mass Rapid Transit), dan Kereta Cepat Whoosh.

KRL memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut.

  1. Kapasitas penumpang dalam jumlah yang besar dalam satu kali perjalanan. Contohnya, Kapasitas penumpang MRT sekitar 1950 orang, LRT sekitar 600 orang dan KRL Commuter line sekitar 2000 orang.
  2. Perjalanan yang aman, cepat dan tepat waktu.
  3. Letak stasiun yang berada di daerah strategis pusat kegiatan masyarakat seperti tempat tinggal, bekerja, sekolah, dan lain sebagainya. Konsep tersebut coba digalakkan dengan nama konsep Transit Oriented Development (TOD) dimana area residensial, komersial, dan transportasi umum dapat diakses secara efisien dan efektif.
  4. Terhindar dari kemacetan karena memiliki jalur sendiri dibandingkan transportasi umum yang lain seperti bis, mobil maupun motor.

Pengertian

Gambar 1. KRL Commuter Line Jabodetabek (Sumber : Unsplash.com/Faisal Hanafi)

Kereta rel listrik (KRL) merupakan kereta yang menggunakan listrik sebagai sumber daya penggeraknya (traksi motor).

Dalam satu rangkaian kereta (trainset atau TS) KRL di indonesia memiliki stamformasi yang berbeda-beda. Stamformasi (SF) merupakan banyaknya jumlah kereta yang tersambung dalam satu trainset

Contohnya, KRL Commuter Line memiliki beberapa jenis armada KRL berdasarkan SF nya yaitu SF 8, SF 10, dan SF 12. Namun, tidak semua stasiun dapat mengakomodir KRL dengan SF 12. Hal tersebut dikarenakan panjang peron stasiun yang tidak mencukupi untuk KRL SF 12.

Berikut merupakan beberapa jenis kereta yang ada dalam satu trainset KRL.

  1. Trailer (T) = Kereta pengikut tanpa komponen penggerak traksi motor
  2. Trailer Cabin (TC) = Kereta pengikut dengan kabin masinis serta tanpa komponen penggerak traksi motor
  3. Motor (M) = Kereta dengan komponen penggerak traksi motor.
  4. Motor Cabin (MC) = Kereta dengan komponen penggerak traksi motor dan kabin masinis.

Sistem Elektrifikasi

Gambar 2. MRT dan LRT (Sumber : Unsplash.com/Achmad Al Fadhli dan Fadhila Nurhakim)

Elektrifikasi merupakan proses penyuplaian daya listrik dari sumber DC (arus searah) ataupun AC (arus bolak-balik) ke kereta untuk menyuplai sistem propulsi (komponen penggerak) serta sistem auxiliary (komponen pendukung) kereta.

Sistem propulsi KRL merupakan sistem keseluruhan dan saling berkoordinasi yang berfokus untuk menggerakan KRL dari sumber listrik, kontrol traksi, hingga motor listrik.

Berdasarkan lokasi sistem penggeraknya, KRL terbagi menjadi dua sistem yaitu terpusat dan terdistribusi.

1. Sistem Terpusat (locomotive-hauled)

KRL terpusat merupakan KRL yang sistem penggeraknya terpusat pada 1 kereta. sistem tersebut seperti lokomotif pada kereta konvensional. Keuntungan dari sistem terpusat adalah biaya produksi dan pemeliharaaan lebih rendah dari sistem terdistribusi. Selain itu getaran dan kebisingan pada sistem terpusat lebih terpusat pada satu titik.

2. Sistem Terdistribusi (electrical multiple unit)

KRL terdistribusi merupakan KRL yang sistem penggeraknya terdistribusi di beberapa kereta. Sistem ini banyak digunakan pada KRL di Indonesia. Keuntungan dari sistem terdistribusi adalah apabila terdapat masalah pada penggerak di satu kereta, kereta masih dapat beroperasi walaupun dengan pengurangan kecepatan.

Di lain sisi, sistem auxiliary merupakan sistem keseluruhan dan saling berkoordinasi yang berfokus pada kebutuhan listrik untuk komponen pendukung KRL atau selain untuk menggerakan KRL. Komponen-komponen tersebut adalah penerangan (lampu), pendinginan (air conditioner), motor kompresor, fandelier, dan lain sebagainya.

Sistem eletrifikasi dari jenis kereta rel listrik di Indonesia saat ini terdapat dua macam yaitu Listrik aliran atas (LAA) atau Overhead Catenary System serta Listrik Aliran Bawah (LAB). Penyalur suplai daya listrik dari LAA ke kereta menggunakan Pantograf. Di lain sisi, penyalur suplai daya listrik dari LAB ke kereta menggunakan rel ketiga atau third rail.

Berikut merupakan sistem elektrifikasi dari masing-masing jenis kereta rel listrik di Indonesia.

  1. Sistem kelistrikan pada KRL Commuter Line dan MRT menggunakan tegangan DC dengan nilai 1500 V DC. dan menggunakan sistem LAA sebagai suplai utama kelistrikan .
  2. Sistem kelistrikan pada Kereta Cepat Whoosh menggunakan tegangan AC dengan nilai 27,5 kV AC dan menggunakan sistem LAA sebagai suplai utama kelistrikan.
  3. Sistem kelistrikan pada LRT menggunaan tegangan DC dengan nilai 750 V DC dan menggunakan sistem LAB sebagai suplai utama kelistrikan.

Sekian artikel tentang kereta rel listrik dan sistem elektrifikasinya. Terima kasih.

Sumber referensi :

[1] A. Saputra, “Studi Evaluasi Analisa Perhitungan Kapasitas Daya Gardu Traksi Terhadap,” 2017, pp. 1–8, 2017.

[2] A. Jamal, A. N. N. Chamim, K. T. Putra, S. I. Lestari, and Y. Jusman, “Loss Analysis of Propulsion System on an Electric Railway,” J. Electr. Technol. UMY, vol. 2, no. 2, pp. 59–72, 2018, doi: 10.18196/jet.2235.
 

Share:

0 Komentar

Artikel Terkait