Fun Fact

Mengenal Tokoh-Tokoh Sastrawan Wanita di Indonesia

Indonesia memiliki sejarah yang panjang, dalam setiap peristiwa sejarah tidak pernah lepas dari kehadiran sastrawan. Beberapa di antara sastrawan Indonesia yang hebat merupakan wanita.

Pada dasarnya Indonesia memiliki banyak karya sastra yang luar biasa. Bahkan banyak pula sastrawan di Indonesia yang memperoleh berbagai penghargaan atas karya-karyanya.

Beberapa diantara sastrawan tersebut merupakan wanita yang karyanya dapat melintasi generasi. Tidak mengherankan jika karya-karya yang hasilkan sangat luar biasa dan menarik perhatian masyarakat.

Kira-kira, siapa saja sih sastrawan wanita tersebut? Yuk kita simak!

1. Nh. Dini

Nh. Dini memiliki nama lengkap Siti Nurhayati Sri Hardini Nukatin. Perempuan berdarah Bugis ini lahir pada 29 Februari 1936. Ia merupakan penulis yang mendukung tonggak-tonggak feminisme. Dalam tulisannya kerap menyuarakan oposisi perempuan terhadap tradisi kehidupan patriarki.
 
Nh. Dini sering mendapat penghargaan atas karya-karyanya. Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975), Langit dan Bumi Sahabat Kami (1979), dan Pertemuan Dua Hati (1986) merupakan karyanya yang paling dikenal. Pada Sebuah Kapal dan Orang-Orang Tran menyoroti ketidaksetaraan perlakuan terhadap perempuan.

Ia meninggal dunia pada 4 Desember 2018 di rumah sakit Elisabeth di Semarang. Bahkan sampai akhir hayatnya, posisi Nh. Dini sebagai penulis yang konsisten menyuarakan hak-hak perempuan tidak pernah bergeser.

2. Mira W

Nama lengkap Mira W adalah Mira Widjaja. Perempuan keturunan Tionghoa ini lahir pada 13 September 1951. Ia adalah seorang dokter sebelum memutuskan untuk meniti karier sebagai penulis.

Pada tahun 1975, cerita pendeknya yang berjudul Bintang Kekasih memenangkan penghargaan sayembara Majalah Femina. Beberapa artikelnya yang diadaptasi menjadi film juga memenangkan Piala Citra.

Dia menciptakan 58 karya selama hidupnya. Perisai Kasih yang Terkoyak, Kemilau Kemuning Senja, Dari Jendela SMP, Jangan Ucapkan Cinta, Tali Kasih dan Lembah Dosa adalah beberapa karyanya.

3. Ratna Indraswari Ibrahim

Ratna Indraswari Ibrahim memiliki keterbatasan fisik sejak berusia sepuluh tahun. Ia lahir di Malang, Jatim, pada tahun 1949. Ratna Indraswari Ibrahim adalah seorang feminis dan penulis yang mendukung kesetaraan gender.

Dia berkomitmen untuk beraktivis dan berkarya meskipun memiliki keterbatasan fisik. Dia sering bepergian ke berbagai negara untuk pelatihan atau kursus singkat dengan berbagai organisasi perempuan.

Ratna adalah seorang penyair, penulis cerita pendek, dan novelis yang cukup dikenal di kalangan pembaca. Tulisan-tulisannya sering dipublikasikan di sejumlah media nasional ternama pada masa itu. Ia telah memenangkan berbagai penghargaan, antara lain, Sayembara Harian Ball Post (1980), Penghargaan Kesusastraan Gubernur Jatim (2000), dan Penghargaan Kesetiaan Berkarya dari Harian Kompas (2004).

Kegemilangan sastra, menurut Ratna Indraswari Ibrahim, berlangsung sejak awal 1980-an. Pelajaran Mengarang (1993), Lampor (1995), Gerbong (1998), Namanya Massa (2000), Noda di Pipi (Kumpulan Cerpen, 2003), Lemah Tanjung (2002), dan Bukan Pinang (2003) adalah beberapa karyanya.

4. Asma Nadia

Pada 26 Maret 1972, Asma Nadia lahir. Ia merupakan seorang wanita yang mengenakan hijab. Karyanya meliputi cerita pendek dan novel tentang keyakinan agama yang kuat. Asma Nadia begitu terobsesi menulis hingga terus mengirimkan karyanya ke majalah Islam dan lain-lain.

Imut dan Koran Gondrong merupakan cerita pendek yang ditulisnya pada tahun 1994, dan memenangkan Lomba Menulis Cerita Pendek Islam (LMCPI) tingkat nasional. Assalamualaikum, Beijing!, Surga Tak Terlewatkan, Jendela Rara, dan Catatan Hati Seorang Istri hanyalah beberapa karyanya yang cukup dikenal.

Karena ketekunan dan dukungan yang berasal dari sekitarnya, ia berhasil membawa tulisannya masuk ke imajinasi pembaca secara emosional.

5. Dee Lestari

Dee Lestari lahir pada 20 Januari 1976. Ia merupakan salah satu penulis Indonesia yang berhasil menggebrak literasi Indonesia. Dee Lestari memiliki latar belakang sebagai penyanyi dan dari trio vokal Rida Sita Dewi. Sejak berprofesi sebagai penyanyi, ia sudah giat dalam menulis.

Namun, ia baru dikenal sebagai penulis sejak berhasil menerbitkan novel pertamanya berjudul Supernova: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001). Tak hanya itu, ia kemudian meneruskan buku-buku Supernova menjadi 6 bagian, yaitu:

  • Supernova 1: Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
  • Supernova 2: Akar (2002)
  • Supernova 3: Petir (2004)
  • Supernova 4: Partikel (2012)
  • Supernova 5: Gelombang (2014)
  • Supernova 6: Intelegensi Embun Pagi (2016).

Tak hanya berkaitan dengan sains, ia juga menggunakan fiksi dan musik dalam karyanya yang berjudul Rectoverso. Karya lainnya adalah Filosofi Kopi dan Made yang telah diangkat ke layar lebar.

6. Ayu Utami

Justina Ayu Utami atau lebih dikenal Ayu Utami merupakan seorang novelis pendobrak kemapanan. Ayu Utami lahir pada 21 November 1968 di Bogor, Jawa Barat.

Sejak tahun 1991, ia aktif menulis kolom mingguan “Sketsa” di Berita Buana. Ia juga ikut andil mendirikan Aliansi Jurnasil Independen (AJI) dan Komunitas Utan Kayu.

Sama halnya dengan Nh. Dini, Ayu Utami juga mendukung penuh pergerakan dan pemikiran-pemikiran feminisme. Beberapa karya Ayu Utami yang wajib dibaca oleh perempuan Indonesia di antaranya, Larung (2001), Bilangan Fu (2008), Cerita Cinta Enrico (2012), dan Si Parasit Lajang (2013).

Share:

0 Komentar

Artikel Terkait