Sering kali penyebab mobil boros bahan bakar adalah karena tekanan ban, jenis bensin, kurangnya perawatan, hingga muatan melebihi kapasitas. Masalah ini menyebabkan pemilik mobil mengeluarkan uang lebih banyak untuk bensin. Tetapi hal ini dapat diantisipasi dengan cara membuka kaca jendela mobil selama berkendara.
Membuka kaca jendela demi irit bahan bakar bukanlah tanpa alasan lho ya. General Motor dan SAE (Society of Automotive Engineers) membuat standarisasi yang telah dipublikasikan dalam laporan berjudul "Affect [sic] of Windows Down on Vehicle Fuel Economy as compared to AC load."
Bagaimana hubungan kaca jendela yang dibuka bikin irit bahan bakar?
1. Penggunaan AC mobil mempengaruhi konsumsi bahan bakar
AC Mobil bekerja dengan menggunakan kompresor dengan memanfaatkan tenaga dari mesin mobil. Saat menyalakan AC maka beban mesin semakin bertambah dan berimbas pada konsumsi bahan bakar. Umumnya pengunaan AC mobil saat berkendara mengurangi efisiensi bensin 3 sampai 10 persen, angka ini tergantung jenis dan tipe mobil.
2. Kondisi ini gak berlaku untuk mobil terbuka dan kebut-kebutan
Berdasarkan pelajaran fisika, membuka jendela dapat menaikan hambatan udara dan berdampak pada aerodinamik mobil. Hal ini disebabkan udara memiliki sifat menyesuaikan ruangan. Apabila udara memenuhi bagian interior mobil, maka tekanan yang dihasilkan juga bertambah.
Menurut buku Pengenalan Bodi Otomotif karangan Buntarto, prinsip aerodinamika dipakai untuk membuat mobil agar menghasilkan hambatan udara sekecil mungkin. Selain bersifat artistik, desain mobil mampu menyumbang efisiensi penggunaan bahan bakar.
Walau begitu, konsep ini gak bisa dipukul rata ke semua mobil. Ada faktor lain yang mempengaruhi efisiensi bahan bakar seperti ngebut-ngebutan, bawaan pabrikan, sampai pada desain mobil.
3. Bahan bakar jadi irit ketika membuka kaca jendela
Pada tahun 2004, SAE melakukan pengujian efisiensi bahan bakar pada sedan V8 dan SUV. Pengujian dilakukan pada jalur gurun dan terowongan angin dengan suhu udara luar 30 ° C. Hasil pengujian tersebut menunjukan ketika melaju pada kecepatan 50 sampai 110 kilometer per jam, dan menyalakan AC, bahan bakar lebih cepat habis.
Terdapat dua grafik perbandingan Sedan dengan SUV. Keduanya sama-sama menggunakan tiga variasi yaitu AC menyala, AC mati dengan jendela ditutup, dan AC mati dengan jendela terbuka. Pengujian sedan menunjukan mengalami penurunan konsumsi bahan bakar pada kecepatan 80 kiometer per jam pada semua variasi.
Pada pengujian SUV, saat AC menyala justru membuat bahan bakar semakin boros. Berbeda jauh ketika AC dimatikan. Menurut peneliti, salah satu faktor mengapa SUV boros bahan bakar ketika menyalakan AC adalah desain yang kurang aerodinamik.
4. Pengujian ini masih debatable
Selain SAE, Edmunds.com melakukan pengujian serupa dengan variasi yang sama. Dari hasil pengujian, mereka berpendapat tidak menemukan perbedaan yang terukur baik menggunakan AC atua menurunkan jendela tanpa ada penjelasan menyeluruh.
Mythbuster juga melibatkan diri dalam pengujian tersebut. Mereka berpendapat jika menurunkan jendela pada kecepatan 45 mil per jam (72,4 kilometer per jam) dapat meningkatkan efisiensi sebesar 45 persen. Sayangnya ditengah pengujian, tiba-tiba merubah variabel sehingga menyulitkan proses analisa
Dengan kata lain, percobaan efisiensi bahan bakar dengan menurunkan jendela masih bisa diperdebatkan.
5. Sesuaikan dengan kenyamanan dan kebutuhan masing-masing
Terlepas dari penelitian tentang efisiensi bahan bakar dengan menurunkan jendela, semua dikembalikan lagi kepada individu. Disesuaikan dengan kebutuhan dan kenyamanan masing-masing.
Apabila ingin terhindar dari polusi kendaraan bermotor, ketika mengendarai mobil bisa dengan menaikkan jendela dan memasang AC. Tetapi kamu harus siap merogoh uang untuk perawatan kompresor, refrigeran, dan bahan bakar karena kinerja mesin semakin besar ketika menyalakan AC.
Opsi kedua adalah jika ingin menghemat bahan bakar dapat dengan menurunkan jendela pintu. Selain mendapat udara kondisi lingkungan, polusi kendaraan bermotor dapat masuk menuju rongga hidung. Dalam jangka panjang, dapat menganggu pernafasan.
Jadi kamu setuju gak dengan penelitian tadi? Atau punya pendapat pendapat tandingan?