Teknologi CCS mengubah emisi karbon di udara menjadi larutan. Larutan ini kemudian disimpan di bawah tanah dalam formasi batuan. Nah, untuk menyimpan larutan CO2 ini, kita membutuhkan tempat penyimpanan khusus yaitu saline aquifer. Ayo, kita eksplorasi lebih jauh tentang saline aquifer.
Apa itu Saline Aquifer?
Saline aquifer atau akuifer garam, merupakan formasi geologi/lapisan bawah tanah yang mengandung air asin dengan kadar garam tinggi. Air ini tidak layak untuk dikonsumsi namun memiliki potensi menjadi tempat penyimpanan karbon dioksida (CO2).
Potensi Penyimpanan Karbon
Akuifer garam memiliki beberapa karakteristik yang membuatnya ideal untuk penyimpanan CO2:
Kapasitas yang besar
Akuifer garam memiliki ruang pori yang luas untuk menampung CO2 dalam jumlah besar. Diperkirakan potensi penyimpanan oleh akuifer garam di seluruh dunia dapat mencapai hingga 2.000 gigaton CO2.
Kedalaman
Terletak di kedalaman 800 hingga 3.000 meter di bawah permukaan tanah, akuifer garam memberikan jarak aman dari aktivitas manusia dan sumber air minum. Cara ini dapat meningkatkan keamanan penyimpanan CO2.
Batuan Kedap
Lingkungan batuan di sekitar akuifer garam memiliki sifat kedap air. Sifat ini menjamin bahwa CO2 tetap terisolasi tanpa risiko kebocoran ke permukaan.
Proses Pelarutan dan Penyimpanan CO2 di Dalam Saline Aquifer
CO2 yang telah berhasil ditangkap dari sumber-sumber emisi, seperti pembangkit listrik dan industri, mengalami tahap kompresi dan pengaliran ke dalam akuifer garam. CO2 kemudian terlarut dalam air dan terperangkap dalam pori-pori batuan. Berikut ini adalah penjelasan terperinci mengenai proses pelarutan CO2 dalam saline aquifer:
1. Tahap Penangkapan CO2
CO2 dipisahkan dari sumber emisi, seperti asap buang pembangkit listrik atau industri.
CO2 kemudian dikompresi menjadi bentuk cair untuk mempermudah transportasi dan penyimpanan.
2. Tahap Injeksi CO2
CO2 dalam bentuk cair dipompa ke dalam akuifer garam melalui sumur injeksi.
Tekanan tinggi digunakan untuk mendorong CO2 ke dalam formasi batuan.
3. Tahap Pelarutan CO2
Saat CO2 memasuki akuifer, CO2 akan bercampur dengan air garam.
CO2 bereaksi dengan air dan kemudian membentuk asam karbonat.
Asam karbonat kemudian bereaksi dengan mineral dalam batuan, menghasilkan mineral karbonat.
4. Tahap Penyimpanan CO2
CO2 yang terlarut dalam air garam dan terikat dalam mineral karbonat disimpan secara permanen di dalam akuifer garam.
Proses ini melibatkan beberapa tahapan, termasuk difusi, konveksi, dan reaksi kimia, yang menjelaskan bagaimana CO2 terdistribusi dan disimpan di seluruh akuifer.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelarutan CO2:
- Komposisi air garam: Kadar garam dan mineral dalam air garam dapat mempengaruhi laju pelarutan CO2.
- Tekanan dan temperatur: Tekanan dan temperatur yang tinggi dapat meningkatkan laju pelarutan CO2.
- Karakteristik batuan: Porositas dan permeabilitas batuan dapat mempengaruhi aliran air garam dan CO2 dalam akuifer.
Keuntungan dan Tantangan
Keuntungan:
- Kapasitas penyimpanan yang besar
- Risiko kebocoran yang rendah
- Biaya relatif rendah dibandingkan dengan alternatif metode penyimpanan lainnya
Tantangan:
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan keamanan dan efektivitas jangka panjang
Potensi dampak terhadap lingkungan, seperti risiko kontaminasi air tanah. Air tanah juga dapat terkontaminasi akibat pelarutan CO2. Hal ini berpotensi mengakibatkan air tanah menjadi asam akibat karbon dioksida yang terlarut di dalam air menghasilkan asam karbonat.
Saline aquifer telah menunjukkan potensinya sebagai solusi penyimpanan karbon yang aman dan efektif dalam mendukung teknologi CCS. Dengan penelitian dan pengembangan berkelanjutan, saline aquifer dapat menjadi menjadi solusi yang aman, efektif, dan juga kunci dalam memerangi perubahan iklim dan mencapai emisi nol bersih.