Dalam karya sastra, seseorang dapat memilih menulis ataupun membaca karya yang ingin dihasilkan. Berikut ini merupakan penjelasan singkat mengenai karya sastra fiksi yakni cerita pendek. Penulis karya fiksi dapat memasukan pengalamannya sendiri maupun orang lain disekitarnya.
Fiksi juga dapat berupa cerita karangan atau imajinasi yang dihasilkan oleh penulis. Setiap penulis tentunya memiliki tujuan dan harapan untuk memberi nilai atau pesan yang mau disampaikan.
Pada kali ini, saya akan membahas tentang kumpulan Cerpen dalam buku Corat-Coret di Toilet karya Eka Kurniawan. Sebelumnya, kita bahas pengertian cerpen terlebih dahulu.
Apa itu cerpen
Cerpen adalah karya fiksi prosa yang mengungkapkan masalah dalam bentuk tulisan secara singkat atau padat. Komponen cerpen meliputi: tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa.
Buku karya Eka Kurniawan yang diterbitkan pada tahun 2014, berjudul Corat-Coret di Toilet. Buku berisi kumpulan cerpen ini mengisahkan masalah-masalah politik, sosial dalam kehidupan. Secara realita menyampaikan protes melalui ceritanya yang membuat pembaca tersenyum, bahkan sampai mengerutkan alis.
Dalam kumpulan cerpen tersebut, saya mengetahui keberanian dan kehebatan Eka Kurniawan dalam menulis. Beliau menggambarkan dengan jelas dan amat terperinci.
Ia juga mampu membuat pembaca seperti berada dalam buku. Melihat dan merasakan apa yang terjadi secara langsung.
Corat-Coret di Toilet
Corat-Coret di Toilet menekankan bahwa anggota dewan hanya mampu bicara janji. namun tidak dapat dipercaya, dan kerap kali mengabaikan aspirasi masyarakat begitu saja. Hal itulah yang membuat orang menyukai menyuarakan aspirasi lewat dinding toilet.
Dimulai oleh seorang mahasiswa, lalu dilanjutkan oleh pengguna toilet berikutnya. Begitu seterusnya, sampai saling terciptanya komentar lain berkepanjangan.
Berikutnya, terdapat seorang alim yang membaca toilet, dengan sedih ia menuliskan: ”Kawan-kawan, tolong jangan corat-coret di dinding toilet. Jagalah kebersihan.
Toilet bukan tempat menampung unek-unek
Dari beberapa kutipan teks cerpen tersebut mengandung nilai moral bahwa kebersihan dan kenyamanan toilet harus dijaga. Tidak merusak fasilitas toilet umum, hal sepele namun sangat berpengaruh dan tetap diperhatikan. Nilai politiknya, ialah berisi protes terhadap pemerintah dan pejabat negara.
Tulisan dari seorang alim, sebagai pengguna toilet umum harus menjaga kebersihan serta kenyamanan bersama. Tidak berhenti saja sampai di situ, melainkan muncul pendapat baru. Bertuliskan: "Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan. Aku lebih percaya kepada dinding toilet."
Lalu dijawab oleh orang lain: "Aku juga".
Hingga banyak tulisan yang memenuhi, berbunyi: ”Aku juga.” (Kurniawan, 2014: 29).
Menurut saya, nilai moral dan politik dalam buku tersebut terkandung cukup dalam. Cerita yang ingin disampaikan adalah dengan pemikiran terang, mampu menyelipkan nilai-nilai moral kemanusiaan, kesucian, kejujuran. Serta bernilai politik yang menggambarkan kehidupan sosial dan keberagaman karakter manusia dalam kehidupan.