Kreatifitas

Dosen ITERA Terapkan Generator-Mikrohidro di Dusun Batu Saeng, Lampung

Dosen ITERA membuat Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro untuk warga Dusun Batu Saeng, Lampung. Kegiatan ini dilakukan bersama rekan dosen dan mahasiswa

Madi, S.T., M.T.11 Mei 2021

 

Minggu, 11 April 2021, lewat Program Dana Hibah ITERA 2021, Madi, S.T., M.T. dosen Prodi Teknik Sistem Energi ITERA menggagas generator mikrohidro untuk  warga Desa Batu Saeng, Tanggamus, Lampung.  

Ide tersebut diprakarsai oleh Bapak Madi. Latar belakangnya adalah hasil survei yang menunjukan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) yang ada sudah usang dan hampir terbakar. 

Madi mengajak rekan sesama dosen  yaitu, Khoirun Naimah, S.ST., M.Han., Duwi Hariyanyo, S.Si., M.Si., Rinaldi Ikhram, S.T., M.T., dan Isnaini Rahmadi S.TP., M.Si., untuk menerapkan generator kapasitas 10.000 watt untuk mengalirkan listrik 20 rumah warga di Desa Batu Saeng, Ogan Jaya, Tanggamus, Lampung. 

Selain dosen, Bapak Madi juga mengajak mahasiswanya untuk mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat supaya mereka dapat belajar dan termotivasi dalam berkontribusi dalam masyarakat khususnya di bidang energi terbarukan. Mereka adalah Alfajar Puja Kusuma, Hasbiyalloh, dan Risfihan Rafi.

Perjalanan menuju lokasi dari ITERA dapat ditempuh selama kurang lebih empat jam, dengan medan yang sangat sulit dan memicu adrenalin. Madi dan Tim berangkat dari ITERA mulai pukul enam pagi dan sesampainya digerbang desa jam 10 pagi, lalu kami dijemput oleh warga dengan menggunakan mobil pick up bersama generator mikrohidro yang kami siapkan. 

Pada awal perjalanan, fisik kami diuji karena harus melalui jalan setapak, tanah liat basah dan bercampur batu-batu besar yang harus dilalui, sehingga ban mobil pun harus dipasang rantai agar kuat melaju di area tersebut. Perjalanan dari tempat penjemputan menuju lokasi pemasangan generator mikrohidro dapat ditempuh kurang lebih satu jam perjalanan. 

Sulitnya perjalanan yang dilalui tidak membuat kami lelah, justru kami tetap tersenyum untuk tujuan baik itu, ditambah  dengan pemandangan desa yang sangat indah dan sejuk dikelilingi pepohonan dan bukit-bukit serta iringan suara kicauan burung yang masih sangat asri.

Pukul 11 pagi, kami sampai ke lokasi sumber air sebagai tempat pemasangan generator mikrohidro. Kami bersama para warga desa sangat antusias untuk bergotong royong dalam pemasangan generator kapasitas 10.000 watt. 

PLTMH lama mulai dibongkar oleh warga, kemudian kami mulai memasang yang baru dengan kapasitas yang lebih besar. PLTMH yang lama mempunyai kapasitas daya 8000 watt, dan kami menggantinya dengan kapasitas yang lebih besar yaitu 10.000 watt. 

Tak berpikir panjang lebar, kami pun bersama warga memasang generator mikrohidro dan listrik pun menyala serta disalurkan untuk dua puluh rumah warga Desa Batu Saeng, Ogan Jaya, Tanggamus, Lampung. 

“Saya sangat senang begitupun juga para warga, rekan dosen dan mahasiswa yang ikut serta dalam proyek ini. Walaupun perjalanan menuju lokasi sangat sulit namun itu tantangan yang harus  kami hadapi,” Ujar Bapak Madi, ketua Tim Program Pengabdian kepada Masyarakat.

Selesainya penerapan generator mikrohidro, kami pun berfoto bersama sebagai dokumentasi dan bukti bahwa kami telah memberikan bukti nyata dalam menerangi desa. Setelah itu, kami makan bersama dan beranjak pulang. 

Selama kegiatan itu, kami juga menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, cek suhu dan hand sanitizer selama masa pandemi ini. Kami pun beranjak pulang dan ternyata hujan deras membasahi kami, sehingga kami harus rela turun dan jalan kaki melewati medan perjalanan yang sangat sulit. 

Saat itu, kami harus berjalan kaki di atas tanah merah yang basah bercampur hujan, bercampur bebatuan dan di samping kanan-kiri terdapat jurang, sehingga sangat memacu adrenalin kami. Jalanan licin membuat sebagian dari kami terpeleset, bahkan sebagian kelelahan karena jalan kaki menanjak menuju lokasi penjemputan, namun kami tetap saling membantu dan menolong satu sama lainnya agar bersama-sama sampai ke tujuan. 

Alhamdulillah kami bisa melaluinya, walaupun sekujur tubuh basah dan kotor bercampur tanah merah, namun itulah pengalaman luar biasa yang kami alami dan tak pernah dilupakan selama program pengabdian kepada masyarakat.

 

Share:

0 Komentar