Opini

Merencanakan Kota Untuk Manusia atau Untuk Kendaraan? Mengenal Sustainable Urban Transportation

Idealnya, kota direncanakan agar manusia yang hidup didalamnya terjamin kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraannya termasuk dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Namun, hal tersebut mulai berkurang dengan banyaknya kendaraan di jalan. Hmm kok bisa ?

Muqsith Dzupril Amin23 Agustus 2022

Sistem transportasi di suatu negara menjadi semrawut karena perkembangan populasi yang pesat, penggunaan transportasi individu, serta tingkat pendapatan yang rendah.

Akibatnya, dapat dilihat pada ruas-ruas jalan hari ini dipenuhi sesak oleh kendaraan bermotor. Indonesia adalah salah satu negara yang perlu mempersiapkan sistem transportasi kota berorientasi pada manusia.

Mengapa hal ini menjadi penting?

Saat ini, kota-kota di negara berkembang hanya dilihat sebagai wadah untuk membangun jalan yang penuh kendaraan. Diperkirakan setengah juta orang di negara berkembang meninggal setiap tahun akibat emisi udara.

Angka kematian ini sama dengan kecelakaan lalu lintas menurut Bank Dunia (2002). Efek domino yang ditimbulkan menjadi problem global yang hari ini telah dirasakan dampaknya. Contoh nyata seperti krisis iklim, energi, hingga pangan di sebagian negara.

Lantas apa yang perlu dilakukan?

Hal yang perlu dikelola adalah manajemen dan sistem transportasinya. Seperti membuat compact city yang terintegrasi berbagai jenis moda transportasi, menciptakan lebih banyak ruang publik, hingga merancang program sustainable urban transportation planning di kota-kota besar.

Berikut beberapa indikator agar transportasi kota yang berkelanjutan dapat mewujudkan kota humanis.

1. Membuat kawasan perkotaan menjadi kompak

Compact city menjadi tren di kota-kota negara maju untuk mewujudkan sistem perkotaan yang terintegrasi. Singapura dan Amsterdam telah mengimplementasi konsep kota ini.

2. Mengedepankan aksesibilitas daripada mobilitas 

Perbedaannya terletak pada objek prioritasnya. Aksesibilitas lebih mengedepankan bagaimana agar orang-orang lebih banyak berinteraksi dalam mengakses suatu tempat.

Apartemen yang terintegrasi dengan tempat perbelanjaan atau ruang terbuka publik, menggunakan sepeda untuk mengakses tempat tersebut. Berbeda dengan mobilitas, jalan-jalan dibangun secara masif untuk mengakses suatu tempat.

3. Manajemen finansial

Khusus terkait finansial tergantung berdasarkan kebijakan dan kekuatan ekonomi suatu kota atau negara. Di Indonesia, hal ini terlihat di Provinsi DKI Jakarta bagaimana angkot dapat hidup berdampingan dengan moda transportasi publik yang lain.

Strategi yang dipakai adalah membuat angkot menjadi milik Pemda tetapi upah supir dihitung per kilometer. Selisih upah yang diberikan dengan keuntungan yang diperoleh dari Pemda akan diberikan subsidi.

4. Memprioritaskan people oriented daripada car oriented 

Untuk mewujudkan Sustainable Transportation Development dengan memprioritaskan manusianya dibandingkan moda transportasinya. Pemegang kebijakan saat ini perlu memikirkan dampak panjang dan global yang mengintai akibat polusi kendaraan.

Efeknya dapat menyerempet pada krisis pangan akibat gagal panen. Salah satu strategi mewujudkannya dengan memperbanyak akses untuk menggunakan sepeda, meningkatkan kualitas jalur pedestrian yang terkoneksi dengan ruang publik.

Share:

0 Komentar

Artikel Terkait