Perubahan iklim menimbulkan bencana ekstrim di berbagai negara. Maria Nilsson, seorang peneliti dari Pusat Penelitian Kesehatan Global, Universitas Umea, Swedia perubahan iklim berdampak pada kesehatan masyarakat global.
Menurutnya, Indonesia sangat rentan terkena dampaknya. Ribuan pulau-pulau kecil dan garis pantai sepanjang 80 ribu kilometer menjadikan Indonesia paling besar terkena dampak kenaikan permukaan air laut.
Sementara, perubahan iklim menyebabkan kemarau berkepanjangan dan mengubah pola hujan yang mengancam keamanan pangan lebih dari 300 ribu ton produksi hasil panen. Lebih dari itu, banjir dan longsor juga makin mengancam. Bencana banjir di awal tahun 2020 di Jakarta dan beberapa wilayah lainnya bermula dari curah hujan yang sangat tinggi.
Suhu bumi naik 1,1 derajat Celcius dibanding tiga dekade lalu. Gletser di Antartika Timur meleleh hingga 18 juta ton per tahun di tahun 2017. Pemanasan global juga mendorong peningkatan intensitas hujan di banyak daerah. Situasi tersebut memperparah kondisi Jakarta yang 40%-nya berada di bawah permukaan air laut.
Kesiapan Pemerintah Indonesia
Indonesia telah meratifikasi Paris Agreement dan berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) tanpa syarat sebesar 29 persen dengan skenario business as usual pada 2030, dan hingga 41 persen dengan bantuan internasional.
Pemerintah mengerahkan RAN GRK (Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca) sejak 2011 dan RAN API (Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim) pada 2014. Namun, belum menjadikan sebagai agenda prioritas.
Pemerintah harus mulai menjalankan segala upaya mitigasi perubahan iklim. Rencana tersebut termasukrespons bencana ke manajemen risiko. Kebijakan mitigasi perubahan iklim membutuhkan komitmen dari pemangku kebijakan dalam menyiapkan perubahan iklim. Yang tak kalah lebih penting, memaksimalkan pelayanan kesehatan dalam menghadapi bencana antropogenik dan bencana alam.
Apa yang dapat dilakukan
Selain kebijakan pemerintah, masyarakat pun harus ikut aktif dalam hal ini. Caranya dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan penyerapan gas rumah kaca. Untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, kita dapat melakukan hal-hal berikut:
- Gerakan cintai bumi dengan cara:
- Hemat air dan listrik
- Lakukan 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
- Batasi penggunaan kertas
- Hemat energi
- Gunakan kendaraan umum
- Konsumsi barang berdasarkan kebutuhan
- Kurangi penggunaan gas aerosol
- Lakukan penghijauan
- Memperkaya pengetahuan literasi iklim.
- Terlibat dalam aksi nyata peduli iklim
- Bergiat positif di media sosial
- Menjadi bagian kelompok kritis atau agen perubaha