Proses modernisasi yang tidak terkendali dapat memicu pergeseran nilai-nilai budaya dalam segala aspek kehidupan masyarakat termasuk keterpurukan kearifan-kearifan yang terkandung dalam arsitektur tradisional dan bisa berdampak pada kepunahan warisan budaya nenek moyang tersebut. Hal yang sangat menarik dalam arsitektur tradisional adalah gambaran kehidupan masa lalu dimana manusia menjalani kehidupan dengan tenang terlindung dari gangguan alam (hujan dan panas) serta dapat mengaktualisasikan dirinya dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya. Jelas terlihat bahwa hakekat dari arsitektur tradisional adalah bagaimana seharusnya manusia hidup selaras, seiring dan sejalan dengan tuntutan alam sehingga melahirkan aturan-aturan yang memperlihatkan adanya penghargaan terhadap lingkungan. Kearifan arsitektur tradisional yang selalu berorientasi pada lokalitas dan mendalami karakter lingkungan serta mengetahui bagaimana cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi sehubungan dengan kebutuhan akan hunian menjadi satu hal yang perlu dipahami dan dikembangkan guna menciptakan hunian yang arif terhadap lingkungan. Arsitektur vernakular sangat terikat dengan tersedianya sumber-sumber dari lingkungan serta mengakomodasi budaya setempat, tidak menggunakan keahlian akademik seorang arsitek, melainkan diturunkan dari generasi ke generasi dalam komunitas rakyat biasa Contoh arsitektur vernakular Indonesia adalah rumah–rumah milik masyarakat yang lahir dari rakyat, tumbuh seiring dengan tradisi, dan secara tersirat ingin menyampaikan gagasan konsep dari suatu masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya, menampakkan jati diri, serta memiliki keunikan tersendiri, akan tetapi di sebagian besar tempat di negeri ini banyak kasus rumah-rumah peninggalan masa lalu yang ditinggalkan dan dibiarkan rusak sehingga dapat dipastikan seiring berjalannya waktu lambat tapi pasti bangunan-bangunan tersebut akan hilang dan yang tersisa adalah rumah-rumah atau bangunan yang selamat karena beberapa alasan tertentu.