ISBN          978- 602-453-688-6
Ukuran      14×20 cm
Halaman    x, 269 hlm
Terbit         2018

Buku ini terdiri dari beberapa bab. Bab pertama membahas tentang man behind the scene: air traffic controller, bab dua tentang beban kerja air traffic controller, bab tiga tentang  fatique, boredom, stress, & burnout, bab empat tentang safety performance, dan bab lima tentang work environment.

Selanjutnya bab enam membahas tentang hazard dan risiko psikologis, bab tujuh tentangi derajat kesehatan, bab delapan tentang produktivitas atc, bab sembilan tentang kualitas hidup pekerja,  bab sepuluh iklim kerja, bab sebelas tentang ruang kerja, dan terakhir bab dua belas tentang  musculoskeletal disorders (msds)

Pengendali lalu lintas udara atau biasa disebut dengan “Air Traffic Controller”  merupakan pekerjaan yang mempunyai peran penting dalam pengendalian aktvitas perjalanan pesawat, mulai dari lepas landas, pengaturan rute perjalanan yang di lintasi, informasi cuaca yang diperoleh melalui Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), jarak pandang, arah angin, suhu tekanan udara, informasi keberadaan pesawat yang mengudara yang dipantau melalui radar,  pengontrolan pendaratan pesawat (landing)  melalui pemberian sinyal kepada pilot, hingga penetapan pelataran parkir pesawat atau Apron.

Pentingnya komunikasi terkait Informasi yang berkaitan dengan penerbangan menjadikan petugas  Air traffic controller dianggap sebagai rekan terdekat pilot dalam kelancaran penerbangan. Perkembangan ATC modern dimulai pada tahun 1929 dengan perusahaan nirlaba yang dimiliki oleh beberapa Maskapai penerbangan  Aeronautical Radio, Inc. Mereka saling berkolaborasi untuk   mengembangkan mutu radio udara untuk komunikasi, radio berbasis suara VOR untuk navigasi, dan Instrument Landing Systems (ILSs) untuk pendaratan  di  bandara.  ARINC  juga mendirikan dua pusat ATC pertama  pada tahun  1935  dan kedua tahun 1936. Masing-masing unit  pengendali melayani rute yang menghubungkan  Newark, Cleveland dan Chicago.