Fun Fact

Punya Garis Pantai Terpanjang Kedua di Dunia, Kenapa Indonesia Masih Mengimpor Garam?

Sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan garam dalam negeri dan perlu mengimpor garam dari negara lain. Belum mampunya Indonesia memenuhi kebudtuhan garam dalam negeri tidak lain diakibatka

Syakila Muna Mualia15 November 2021

Garam adalah bumbu dapur berasa asin yang membuat masakan menjadi lebih gurih. Selain untuk penyedap makanan, garam berperan untuk menjaga produksi hormon tiroid dalam tubuh. Kurangnya hormon tiroid dapat mengganggu metabolisme tubuh. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Tahun 2013, orang dewasa dianjurkan untuk mengkonsumsi garam sejumlah lima gram per hari atau sekitar satu sendok teh.

Sebagai negara tropis, banyak masyarakat pesisir memenuhi kebutuhan dengan membudidaya tambak garam tradisional. Prinsipnya, air laut akan ditampung di suatu lahan dan dijemur dibawah sinar matahari selama beberapa hari. Air laut yang terdiri atas air dan garam akan menguap terkena panas matahari. Massa jenis garam yang lebih besar daripada massa jenis air membuat partikel garam tidak menguap. Garam-garam tersebutlah yang akan dipanen oleh petani garam.

Beberapa kota yang menjadi sentra penghasil garam di Indonesia adalah Madura, Cirebon, Pati, Indramayu, dan Bima. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020, estimasi kebutuhan garam di Indonesia mencapai 4.464.670 ton. Namun, jumlah produksi garam dalam negeri hanya 2.327.078 ton. Kekurangan tersebut ditutup dengan impor garam dari berberapa negara, seperti Australia, India, dan Tiongkok.

Indonesia memiliki potensi produksi garam sendiri

Indonesia memiliki garis pantai mencapai 99.093 kilometer dan dinobatkan sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi garam yang besar. Namun mengapa Indonesia masih mengimpor garam dari negara lain?

Berdasarkan uraian sebelumnya, hal tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan Indonesia membuat memenuhi kebutuhan garam dalam negeri. Namun, ternyata letak wilayah Indonesia juga memengaruhi produksi garam dalam negeri. Sebagai negara tropis dengan penerimaan panas matahari lebih banyak dari belahan bumi lain, tingkat evaporasi air laut di Indonesia cenderung lebih tinggi.

perbedaan penerimaan panas di daerah tropis, subtropis, dan kutub (sumber gambar : weebly)

Letak geografis mempengaruhi produksi garam

Tingkat evaporasi yang tinggi menyebabkan banyak air menguap dan berkumpul di atmosfer. Hal tersebut menyebabkan kelembaban di atmosfer tinggi. Tingginya kelembaban atmosfer akan mencapai titik jenuh tertentu dan mendatangkan hujan. Ketika hujan mengenai ladang garam, garam akan hanyut dan tercampur lagi dengan air.

Hal tersebut menyebabkan proses pembuatan garam di negara tropis butuh waktu lebih lama. Selain itu, hujan menyebabkan viskositas (kekentalan) air laut di wilayah tropis lebih encer. Air laut yang encer menandakan bahwa jumlah garam yang terkadung dalam volume air tertentu lebih sedikit.

Berbeda dengan wilayah subtropis, tingkat evaporasi di wilayah sub tropis menjadi lebih rendah. Hal tersebut menyebabkan kondisi atmosfir di wilayah sub tropis menjadi lebih kering sehingga minim hujan. Ketidakadaan hujan membuat proses penjemuran air laut dapat berjalan maksimal.

Selain itu, air laut di wilayah subtropis lebih kental atau lebih banyak mengandung garam. Dengan demikian, proses pembuatan garamnya lebih cepat karena lebih sedikit air yang diuapkan. 

Distribusi salinitas

Distribusi persebaran salinitas air laut secara horizontal juga mempengaruhi produksi garam Indonesia. Adapun distribusi salinitas horizontal berkaitan dengan ketinggian garis lintang. Semakin tinggi garis lintang semakin tinggi pula nilai salinitasnya. Sebagai negara tropis yang berlintang rendah Indonesia memiliki persebaran salinitas yang rendah. Hal tersebut disebabkan karena presipitasi di daerah tropis berupa air hujan yang dapat mengencerkan air laut sehingga kadar garam di lautan tropis lebih rendah.

Dengan demikian, impor garam yang dilakukan pemerintah bukan serta merta akibat dari kegagalan pemerintah dalam membangun industri garam nasional. Terdapat faktor-faktor lain, seperti letak geografis Indonesia yang berkaitan dengan tingkat evaporasi wilayah tropis dan persebaran salinitas air laut.

Share:

0 Komentar

Artikel Terkait