Organisasi mahasiswa (selanjutnya akan disebut Ormawa) tidak pernah lepas dari masalah. Banyak masalah yang terjadi, mulai dari dana, hingga masalah moralitas dan kepengurusan. Akan tetapi, ada beberapa permasalahan Ormawa yang dipikirkan bersama demi keberlangsungan organisasi yang lebih baik.
1. Intervensi Kakak Tingkat yang Berlebihan
Senior atau kakak tingkat memang boleh memberikan saran dan juga arahan oleh para juniornya. Namun, intervensi yang berlebihan dapat menjadi masalah. Pemikiran-pemikiran yang mungkin sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang ini, bisa menjadi bumerang bagi ormawa.
Ditambah lagi, intervensi dari kakak tingkat yang berlebihan memunculkan kultur senioritas yang tinggi. Hal ini tentunya tidaklah baik untuk ormawa itu sendiri.
2. Terlalu Banyak Kegiatan Membuang Waktu
Sudah lelah dengan tugas-tugas kuliah dan permasalahan pribadi, ormawa malah datang dengan menambah masalah yang sudah ada. Mending kalau kegiatan yang diadakan dapat menambah hardskill atau softskill seperti pelatihan CV, PLC, dan sebagainya. Terkadang, yang ditawarkan oleh ormawa adalah kegiatan yang cenderung kumpul-kumpul dan membuang-buang waktu.
Tentunya, hal seperti ini membuat anggota ormawa menjadi malas melanjutkan kepengurusan selanjutnya. Oleh sebab itu, banyak mahasiswa yang mulai mencari organisasi di luar kampus.
3. Korupsi
Tidak perlu ditampik, korupsi di dalam ormawa adalah penyakit menggerogoti ormawa dari dalam. Hal ini bukanlah sebuah kegiatan yang baik tentunya. Dari pihak kampus sendiri bukannya tidak tahu. Oleh sebab itu, seringkali kampus membatasi anggaran yang diajukan oleh sebuah ormawa.
Hal ini sudah selayaknya dihapus. Menjadi ironi jikalau kita kritis pada kegiatan-kegiatan korupsi yang dilakukan oleh para anggota pemerintahan, tetapi kita sendiri melakukannya. Lebih parah lagi, kalau hal ini sudah menjadi kultur.
Mulailah kurang-kurangi penggunaan nota kosong dalam mengajukan anggaran. Kalau ada yang ketahuan melakukan korupsi, sudah seharusnya kita tegas dan mengeluarkan orang tersebut dari ormawa. Kalau memang petinggi yang ternyata melakukan hal tersebut, laporkan ke pembina atau penasihat ormawa.
4. Kurang Inovasi
"Dulu kating saya melakukan hal itu, sukses-sukses aja tuh!"
Sering mendengar perkataan seperti ini? Kalau sering, selamat! Ormawa yang kamu tempati sekarang berarti sangat bermasalah.
Terlalu terikat pada tradisi akan menyebabkan kepengurusan selanjutnya menjalankan proker dari kating saja. Mulai dari cara mencari danusan hingga apa yang harus dilakukan sudah pasti akan dijiplak seutuhnya. Hal ini tentu akan berujung pada kurangnya inovasi. Ormawa akan menjadi tidak peka pada permasalahan yang ada di dunia sekarang ini. Ditambah lagi, ormawa akan tertutup matanya dari kebutuhan dunia industri.
5. Terlalu Fokus pada Kaderisasi, Lupa Membangun Value
Seberapa banyak ormawa yang fokus pada pembangunan value untuk penerapan dalam dunia kerja? Saya rasa sangat sedikit. Sekalipun menggelar webinar dengan narasumber yang luar biasa, pembangunan value jarang sekali dibuat.
Padahal, ormawa adalah ladang untuk mencari pengalaman dan value yang bisa diimplementasikan di dunia pekerjaan. Value-value seperti kejujuran, persaingan yang sehat, kerja keras, dan mengerjakan tugas dengan penuh ketelitian, serta fokus seharusnya ditanamkan di dalam ormawa. Fokus pada kaderisasi tidak akan pernah memberikan nilai-nilai tadi.
Kaderisasi hanya akan membentuk pemikiran anggota-anggota baru untuk tunduk pada tradisi dahulu. Di dunia industri yang lama, hal tersebut memang masih berguna. Tetapi, di dunia industri yang baru seperti sekarang ini, tidak jarang ditemui sistem manajemen yang menempatkan orang di dalam 1 tim sebagai partner yang setara. Kaderisasi model lama pastinya sudah tidak berguna di dinamika yang seperti ini.
Lagipula, jika ingin maba solid dan loyal dengan ormawa, berikan apa yang dia butuhkan. Dengan seperti itu, mereka dengan sendirinya mencari dan membangun ormawa dengan lebih baik.