Ini bukan clickbait, atau semacamnya. Tetapi memang atom yang menyusun tubuh kita terdiri dari 99,9% ruang hampa. Loh kok bisa? Iya, karena sesungguhnya atom itu hanyalah nukleus yang didalamnya terdapat proton dan neutron. Lalu, si nukleus ini dikelilingi oleh elektron.
Model ini awalnya diberitakan oleh Rutherford lewat percobaan tembakan sinar alfa yang terkenal. Rutherford menduga kalau atom itu bentuknya seperti sistem surya kita. Ada satu yang bermassa kuat di tengahnya dan dikelilingi oleh elektron-elektron di sekitarnya. Terbilang masuk akal ya? Toh, sampai sekarang bentuk itu tetap dipakai.
Tetapi dari penjelasan diatas, pertanyaannya, kalau atom itu ruang kosong kenapa benda di sekitar kita bersifat padat? Contohlah batu kerikil, kalau kita lempar ke kepala orang sudah pasti orangnya marah karena kesakitan. Kalau penyusun benda-benda itu (atom) adalah ruang kosong, harusnya benda-benda itu gak sampai keras begitu dong?
Nah, kira-kira sudah tahu belum jawabannya? Oke, jawabannya adalah karena model Rutherford kurang tepat dalam menggambarkan atom yang sebenarnya.
Sebab, setelah pengetahuan fisika kuantum semakin berkembang, diketahui bahwa elektron yang ada berbentuk tidak seperti model Rutherford. Melainkan, berbentuk seperti awan elektron yang mengelilingi Nukleus. Hal ini terjadi karena elektron di dalam model kuantum bersifat probabilistik.
Teori mengenai elektron yang bersifat probabilistik ini dijelaskan oleh Erwin Schrödinger . Ia adalah ilmuwan yang amat terkenal dengan kucing dalam kotaknya. Schrödinger menjelaskan bahwa kuadrat dari persamaan gelombang di tingkat kuantum akan menjelaskan probability density dari suatu elektron.
Selain bersifat probabilistik, adanya larangan Pauli pun membuat sensasi sentuhan pun terjadi. Singkatnya, larangan Pauli melarang adanya 2 elektron menempati satu ruang orbital dengan spin (putaran) yang sama. Maka, jika satu elektron bersifat spin positif, yang satunya harus negatif.
Nah, pertukaran antar elektron dari kedua benda inilah yang menimbulkan sensasi sentuhan. Sebagai contoh, antara batu kerikil dengan kepala tadi. Dan juga jangan lupa, benda-benda yang ada di sekitar kita itu sudah tidak lagi berbentuk atom loh ya.
Mereka sudah berbentuk seperti kumpulan molekul-molekul, tentunya ada gaya dan energi juga yang bekerja di dalamnya. Energi serta gaya yang ada di antara molekul-molekul ini memberi pengaruh massa dan karakteristik benda. Makanya, benda-benda yang ada di sekitar kita bisa keras.
Jadi, benar kan kalau artikel ini bukan clickbait?