Plastik, gugus polimer yang memiliki beberapa jenis ini memang menjadi trending sejak penemuannya. Banyak penemuan dan inovasi yang berhasil dilakukan akibat ditemukannya plastik ini. Mulai dari hal-hal asing semacam APD modern yang digunakan oleh nakes kita dalam rangka berjuang melawan korona, hingga hal dekat dengan kita seperti kantong kresek dan bungkus mie yang menggantikan tas rotan dan daun pisang.
Namun dibalik ini semua, plastik memang menyimpan bahaya bagi ekologi terkhususnya. Sampah yang dihasilkan oleh plastik tidak akan dapat diurai secara alami oleh tanah, selain itu, sampah plastik pun menjadi sangat berbahaya dan dapat membawa banyak masalah bagi ekosistem, entah perairan, tanah, maupun udara.
Berdasarkan penuturan dari Mangrovejakarta.id pada 12 Juli 2021 dalam sebuah Talkshow yang diadakan oleh mereka dengan salah satu institusi pendidikan Tinggi di Indonesia, sampah plastik dapat membahayakan bukan hanya ikan ataupun manusia dengan ancaman mikroplastik dan racun, namun juga kehidupan dan ekosistem mangrove.
Hal ini disebabkan mangrove dapat mati tercekik dan kehilangan kemampuannya untuk hidup jikalau mendapatkan pencemaran plastik dalam skala besar. Dan makin diperparah dengan menurunnya kemampuan tanah dan juga racun-racun lain yang ada di dalam plastik yang dapat membunuh mangrove secara tidak langsung.
Lantas ini harusnya menjadi pertanyaan bagi kita, mengapa plastik menjadi masalah? Bukankah plastik sebenarnya adalah salah satu penemuan yang mengubah dunia kita sekarang ini ?
Sampah memiliki nilai ekonomis
Permasalahan dari plastik yang paling utama dapat kita lihat pada nilai ekonomis dari sampah plastik itu sendiri. Pada dasarnya ada beberapa jenis plastik yang tidak menjadi masalah yang cukup signifikan karena masih memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Ada pula sampah yang tidak memiliki kemampuan ekonomis sama sekali setelah ia berubah menjadi sampah, di antaranya adalah kresek dan sedotan. Akibat dari permasalahan ekonomi ini, orang-orang pun akan mencari sampah yang di satu sisi bernilai ekonomis, dan meninggalkan sampah yang tidak memiliki nilai ekonomis.
Sayangnya, volume sampah yang tidak bernilai ekonomis ini merupakan jenis yang dominan. Hal ini pun menjadi masalah. Secara tradisional, pengolahan daripada sampah plastik adalah dibakar di incinerator atau ditimbun di dalam landfill. Akan tetapi, hal ini membutuhkan penanganan dan juga biaya yang besar.
Lebih daripada itu, karena kurangnya kesadaran masyarakat, sampah yang tidak bernilai ekonomis ini akan dibuang begitu saja ke alam (sungai, tanah kosong, dan lain sebagainya), sedangkan yang bernilai ekonomis akan ditimbun dan dijual kembali ke pengepul. Sehingga, dari kombinasi kedua masalah ini, kita akan mendapatkan hasil dalam bentuk membengkaknya volume sampah plastik di alam.
Baca juga : Penggunaan Plastik : Gaya Hidup Praktis Berdampak Pada Krisis Ekologis
Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk menyelesaikan permasalahan ini?
Mulai dari diri kita terlebih dahulu untuk melakukan diet sampah plastik. Mulailah tidak menggunakan plastik belanja ketika anda pergi ke supermarket ataupun pasar. Mulailah untuk mengurangi penggunaan sampah plastik dalam banyak aspek kehidupan. Jikalau kita bisa menenteng belanjaan kita tanpa kantong, mulailah itu sebagai suatu permulaan yang baik dalam rangka mengurangi permasalahan bumi kita tercinta.
Bumi kita adalah milik bersama, sudah selayaknya kita menjaga