Teknologi

Kini Pengembangan AI Dapat Mendiagnosa Penyakit Dengan Melihat Wajah Saja

Pengembangan AI (Artificial Intelligence) begitu pesat beberapa tahun terakhir, hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi kinerja dalam sebuah sektor industri, termasuk pula industrikesehatan.

chandra syah putra21 Februari 2022

Pengembangan AI (Artificial Intelligence) begitu pesat di beberapa tahun terakhir. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi kinerja dalam sektor industri, terutama industri kesehatan.

Para peneliti asal Jerman membentuk tim di Universitas Bonn untuk mengembangkan AI yang dapat membantu pekerjaan di sektor kesehatan.

Target utama dari pengembangan AI untuk mendeteksi penyakit seseorang melalui scan wajah. Selanjutnya, dicocokkan dengan database untuk menyimpulkan (diagnosa) penyakit yang dialami oleh pasien.

Seperti yang diucapkan oleh Prof. Dr. Peter Krawitz dari Institut Statistik dan Bioinformatika Genomik (IGSB) yang merupakan salah seorang peneliti untuk mengembangkan AI tersebut. “Pengembangan AI untuk mendeteksi penyakit sejak dini agar pasien cepat mendapatkan pengobatan”.

Ide mengembangkan AI melihat kesamaan pasien yang mengalami perubahan pada kontur wajah. Seperti perubahan pada pangkal hidung atau pipi seseorang. Hal tersebut menjadi inspirasi para peneliti untuk mengembangkan AI. Selain dapat mendiagnosa penyakit, AI diharapkan dapat menganalisis penyakit yang masih belum teridentifikasi. 

Tzung-Chien Hsieh dari tim Krawitz  membeberkan sedikit metode analisis yang akan diterapkan oleh AI. 

“AI dapat melihat perbedaan pada wajah lalu menganalisisnya sesuai gejala klinis sesuai data genetik pasien.”

Proyek pengembangan AI tersebut bernama Gestalt Matcher

AI yang sedang dikembangkan oleh para peneliti diberi nama Gestalt Matcher. Dalam uji coba, sistem Gestalt Matcher mampu mendeteksi tanda-tanda penyakit pasien dengan benar. Akurasi sistem yang menakjubkan sangat diperhitungkan untuk mendeteksi penyakit baru yang belum diketahui dokter.

“Dalam pengembangan sistem yang menakjubkan ini membuat kita dapat mengklasifikasikan penyakit yang sebelumnya tidak diketahui, data yang saling terintegrasi tersebut memberi petunjuk pada kita tentang sadar molekuler,” ujar Krawitz.

Dalam pengembangannya, tim peneliti menggunakan 17.560 foto pasien sebagai sampel uji coba. Sebagian besar foto tersebut disediakan oleh perusahaan kesehatan digital FDNA, 5.000 foto lainnya dari Institut Genetika Manusia di Universitas Bonn, sembilan Universitas tambahan.

Selain memberikan foto materi uji coba, perusahaan FDNA  juga memfasilitasi pengembangan Gestalt Matcher dengan layanan web untuk penggunaan AI. Para peneliti juga memfokuskan diri pada pola penyakit yang beragam. Hasilnya mereka menemukan 1.115 penyakit langka yang berbeda.

“Kami senang karena memiliki solusi untuk kasus langka. Hal tersebut dapat membantu para dokter memecahkan kasus yang menantang, dan memajukan pemahaman penyakit langka,” ujar Aviram Bar-Haim dari FDNA Inc.

Gestalt Matcher berharap dapat diakses melalui smartphone

Krawitz menginginkan AI Gestalt Matcher dapat diakses pada smartphone. Agar dapat membantu dokter dan tenaga medis  membuat penilaian diagnosa pasien serta dokumentasi.

Dengan demikian, database Gestalt Matcher (GMDB) akan meningkat komparabilitas algoritmanya dan memberikan dasar untuk pengembangan riset lebih lanjut. Rekap data tersebut termasuk gambar medis seperti X-ray atau retina dari oftalmologi.

Tulisan ini berasal dari jurnal Nature Genetics yang telah diterbitkan.

Share:

0 Komentar