Sudah membaca judulnya? Silakan dijawab dahulu!
Sudah?
Baik, jawaban yang (mungkin) benar adalah manusia tersebut akan menjadi babi. Loh kok begitu? Ya, otak adalah pusat kesadaran.
Ketika kita memindahkan kesadaran tersebut ke satu bentuk tubuh yang lain, maka kesadaran kita memang tetap. Tetapi, kita akan bertransformasi ke bentuk yang lain. Sehingga, meskipun kesadaran kita tetap manusia, tetapi secara teknis kita yang akan menjadi babi. Bukan sang babi yang menjadi manusia.
Konsep inilah yang akan menjadi kunci gerbang menuju revolusi dunia digital yang paling radikal, Metaverse. Ya, Metaverse yang sedang kita bicarakan belakangan ini sebenarnya memiliki konsep serupa dengan pertanyaan tadi. Ketika kita memindahkan pikiran/kesadaran kita ke dunia digital, maka kita akan menjadi bagian dari kumpulan memori digital yang ada.
Tetapi Sebenarnya Apa Sih yang Melatarbelakangi Semuanya Jadi Digital Sekarang Ini?
Jawabannya adalah transformasi digital atau revolusi digital. Kapan itu dimulai? Saat pertama kali komputer ditemukan. Dengan adanya transformasi dari data analog ke digital, transformasi digital pun dimulai.
Meskipun, lagi-lagi sebenarnya transformasi digital ini pertama kali digunakan untuk 3 hal utama, yaitu, militer, industri, dan riset. Tidak ada kepentingan untuk masyarakat umum di sana. Proses pen-digitalan ini yang biasa kita sebut sebagai revolusi 3.0. Terutama ketika PLC sudah mulai masif digunakan di paruh 80-an hingga 2000 awal.
Revolusi ini pun pada akhirnya berkembang menjadi revolusi 4.0. yang sekarang kita hadapi. Apa yang membedakannya? Internet. Dengan adanya internet inilah, revolusi di bidang lainnya pun terbuka. Ide soal Metaverse, Cryptocurrency, dan hal-hal seperti dunia cyberpunk pun akhirnya mulai bisa terwujud.
Namun, manusia tetap terhalang pada satu pertanyaan falsafi tentang kesadaran seperti yang diajukan di awal.
Mengapa Metaverse dan Revolusi Digital yang Radikal Menjadi Penting?
Hal ini sebenarnya sekali lagi berkaitan dengan pertanyaan filsafat tentang keabadian yang memang dicari-cari oleh manusia. Beberapa ilmuwan dan filsuf modern di luar sana, mulai berpikir, apabila kita bisa mengupload kesadaran kita ke dunia internet, ke Cloud, apakah kita bisa hidup abadi? Dan kemungkinan jawabannya adalah bisa.
Serta adanya ide mengenai IoT yang saling terintegrasi membuat ide Metaverse semakin digemari. Dengan adanya perpaduan IoT serta pengembangan Metaverse, dunia ini secara tidak langsung menjadi saling terkoneksi antara satu dengan yang lainnya. Dan hal ini adalah utopia semua orang, di mana semua orang bisa hidup tanpa dibatasi oleh ruang.
Serta, dengan adanya revolusi digital yang radikal, akses manusia terhadap informasi menjadi tidak terbatas. Hadirnya teknologi-teknologi berbasis cloud, kita bisa memberikan kesetaraan akses informasi bagi semua orang (secara teorinya).
Dengan akses informasi dan pertukaran informasi yang semakin masif, manusia (secara teorinya) bisa berinovasi jauh lebih cepat daripada sebelumnya. Dan tentu saja, akhir-akhirnya semua ini bermuara kembali pada kapitalisme. Seperti yang terjadi pada improvisasi di bidang sains dan teknologi.
Dan inilah yang bisa saya ceritakan dari awal mula sains dan teknologi terpisah di tulisan saya yang ini, hingga menuju dunia digital di masa sekarang ini.